Presiden Zelensky Dukung India Jadi Tuan Rumah KTT Perdamaian Kedua Konflik Ukraina
JAKARTA - Sejumlah negara berpeluangan menjadi tuan rumah KTT perdamaian konflik Ukraina, dengan India menjadi kandidat terbaru.
Perang Rusia-Ukraina sudah berlangsung selama dua setengah tahun, saat upaya perdamaian terus dilakukan dengan menggelar pertemuan internasional.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, negosiasi-negosiasi tengah berlangsung dengan Arab Saudi, Qatar, Turki dan Swiss terkait KTT perdamaian kedua dalam sebuah percakapan dengan para jurnalis India yang dibagikan di media sosialnya pada Hari Minggu.
Presiden Zelensky juga mengatakan, Ia telah mengatakan kepada Perdana Menteri India Narendra Modi, dukungannya terhadap India untuk menjadi tuan rumah KTT kedua mengenai perdamaian, karena Kyiv berharap untuk menemukan tuan rumah di antara negara-negara di Global South.
"Tetapi saya ingin berterus terang, dan ini tidak hanya berlaku untuk India, tetapi juga untuk negara mana pun yang akan bersikap positif untuk menjadi tuan rumah KTT kedua. Kami tidak akan dapat mengadakan KTT perdamaian di negara yang belum bergabung dengan komunike KTT perdamaian," kata Presiden Zelensky, dilansir dari Reuters 26 Agustus.
Presiden Ukraina menambahkan, ia telah membahas semua poin dari komunike dan KTT perdamaian sebelumnya selama pertemuan dengan PM Modi pada Hari Jumat.
Ukraina diketahui menggelar KTT perundingan internasional untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Pertemuan pertama digelar Juni lalu di Swiss.
Baca juga:
- PM Palestina Bahas Kondisi di Gaza dengan Koordinator Khusus PBB saat Korban Tewas Capai 40.405 Jiwa
- Perundingan Gencatan Senjata Konflik Gaza di Kairo Belum Berhasil Capai Kesepakatan
- Petenis Meja Korut yang Selfie Bareng Atlet Korsel di Olimpiade Paris Jalani Pemeriksaan Setibanya di Tanah Air
- Dokter Korea Selatan Peringatkan Lonjakan Kasus COVID-19, Pemogokan Bisa Lumpuhkan Ruang Gawat Darurat
Untuk putaran kedua mendatang, Presiden Zelensky dan pejabat Ukraina menegaskan, Rusia harus hadir dalam pertemuan, setelah negara itu tidak diundang dalam pertemuan sebelumnya.
Presiden Vladimir Putin dan pejabat teras Rusia mengatakan, negara itu tidak menutup kemungkinan untuk melakukan pembicaraan.
Namun, perkembangan terbaru dengan serangan Ukraina ke Kursk Rusia pada 6 Agustus lalu menjadi sorotan dengan sejumlah pejabat Moskow mengatakan tidak mungkinnya perundingan digelar dengan situasi saat ini.