Penjara Inggris Over Kapasitas Tampung Perusuh Anti-Migran Islam, Tersangka Pindah ke Sel Kantor Polisi

JAKARTA - Inggris akan menggunakan tindakan darurat untuk menahan tersangka kerusuhan antimigran Muslim di sel kantor polisi karena over kapasitas penjara.

Pemerintahan Perdana Menteri Keir Starmer mengatakan penangkapan lebih dari 1.100 tersangka atas kekerasan rasis yang ditujukan terhadap migran dan Muslim telah memperburuk krisis kapasitas penjara.

Konidi ini memaksa pemerintah untuk mengizinkan pembebasan tahanan lebih awal.

Tindakan baru yang bersifat sementara ini berarti tersangka akan dipanggil ke pengadilan hanya jika dipastikan sel tersedia di salah satu dari lebih dari 100 penjara di seluruh negeri. Sampai saat itu mereka akan ditahan di kantor polisi.

“Kami mewarisi sistem peradilan dalam krisis dan guncangan,” kata Menteri urusan penjara James Timpson dilansir Reuters, Senin, 19 Agustus.

“Akibatnya, kami terpaksa mengambil keputusan yang sulit namun perlu agar proses tetap berjalan,” imbuhnya.

Penjara yang penuh sesak menghadirkan krisis awal bagi Starmer, yang mulai menjabat bulan lalu, sehingga pemerintahannya mempunyai pilihan yang tidak menyenangkan dan mahal.

Inggris merupakan negara dengan tingkat penahanan tertinggi di Eropa Barat dan jumlah tahanan telah meningkat tajam sejak pandemi ini terjadi, karena hukuman yang lebih lama, penundaan pengadilan, dan persyaratan bagi pelanggar serius untuk menjalani setidaknya 65 persen dari masa hukuman mereka di balik jeruji besi.

Berdasarkan rencana yang diumumkan oleh Starmer bulan lalu, sebagian besar tahanan akan memenuhi syarat untuk dibebaskan setelah menjalani 40 persen hukuman mereka di balik jeruji besi, turun dari 50persen sebelumnya.

Langkah-langkah yang diambil pada Senin ini diharapkan dapat mengatasi minimnya kapasitas penjara di bagian utara Inggris, wilayah yang terkena dampak kerusuhan baru-baru ini, menyusul informasi yang salah tersangka pembunuhan tiga bocah perempuan adalah seorang migran Islam.