Mengenal Sahil Arora, Sosok yang Kontroversial Karena Proyek Koin Meme

JAKARTA - Dalam dunia kripto, nama Sahil Arora muncul sebagai salah satu tokoh yang paling banyak dibicarakan. Arora, seorang pengusaha asal India yang kini menetap di Dubai, telah berhasil menarik perhatian publik dengan proyek-proyek koin meme yang melibatkan selebriti papan atas. Menurut laporan investigasi blockchain oleh ZachXBT, Arora berhasil mengantongi sekitar 3 juta Dolar AS (Rp47 miliar) tahun ini. Angka ini jauh berbeda dari perkiraan awal yang mencapai 30 juta Dolar AS (Rp470 miliar) oleh platform data blockchain Bubblemaps. Namun, siapa sebenarnya Sahil Arora dan bagaimana ia bisa meraih keuntungan besar dari proyek-proyek kontroversial ini?

Mengenal Sahil Arora

Sahil Arora dikenal karena kemampuannya mengajak selebriti seperti Floyd Mayweather, Caitlyn Jenner, dan Iggy Azalea untuk terlibat dalam proyek-proyek kripto yang ia garap. Karier digitalnya dimulai pada 2017 dengan peluncuran Vuzelaa Group di India, yang bertujuan untuk memasang ATM Bitcoin di berbagai belahan dunia. Namun, proyek-proyek kripto yang ia dirikan antara 2020 hingga 2023, seperti ZelaaPayAE dan ZelaaNFT, tidak bertahan lama. Meskipun demikian, Arora tetap meraup keuntungan signifikan dari inisiatif ini, meski banyak proyeknya yang gagal.

Puncak strategi Arora terlihat dalam peluncuran Pump.fun, sebuah platform yang menjadi tempat favorit bagi investor ritel untuk menciptakan dan memperdagangkan koin meme. Arora menggunakan pengaruhnya di Instagram untuk menarik selebriti agar mempromosikan token-token yang ia buat dengan imbalan bayaran yang besar. Salah satu yang terkenal adalah tawarannya kepada Jason Derulo sebesar 200.000 Dolar AS (Rp3,1 miliar) untuk mempromosikan sebuah token. Namun, di balik promosi gemerlap tersebut, terdapat taktik yang merugikan banyak pengikut selebriti ini. Setelah token dipromosikan, Arora kerap kali menjual seluruh kepemilikannya, meninggalkan investor ritel dengan kerugian besar.

Meskipun ribuan penggemar mengalami kerugian finansial, tindakan Arora tetap berada di area abu-abu hukum. Kompleksitas hukum yang menyelimuti cara Arora memanfaatkan endorsement selebriti untuk mempromosikan token, kemudian menjualnya dengan cepat, membuat upaya hukum terhadap dirinya menjadi sulit. Bahkan, para selebriti yang terlibat dalam proyek ini tidak mengambil langkah hukum terhadap Arora, mungkin karena mereka juga turut bertanggung jawab atas kegagalan token yang mereka promosikan.

Akun X (sebelumnya Twitter) resmi milik Arora, “@Habibi_Comm,” telah ditangguhkan pada 4 Juli lalu karena pelanggaran aturan platform. Namun, ia diduga memiliki beberapa akun lain di platform tersebut dan terus mengarahkan pengikutnya ke akun baru melalui saluran Telegram miliknya.

Kasus Sahil Arora menunjukkan betapa rentannya dunia kripto terhadap manipulasi yang melibatkan tokoh-tokoh terkenal. Meskipun ia berhasil meraup keuntungan besar, ribuan investor harus menanggung kerugian yang tak sedikit.