Presiden Korsel Yoon Suk-yeol Buka Jalan untuk Rangkul Korut Asal Pyongyang Ambil Langkah Denuklirisasi

JAKARTA - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Hari Kamis menawarkan untuk membentuk badan konsultasi tingkat kerja dengan Korea Utara, guna membahas cara-cara meredakan ketegangan dan melanjutkan kerja sama ekonomi, saat ia memaparkan visinya tentang unifikasi.

Dalam pidato Hari Pembebasan Nasional yang menandai peringatan 79 tahun kemerdekaan dari penjajahan Jepang tahun 1910-45 setelah Perang Dunia Kedua, Presiden Yoon mengatakan siap untuk memulai kerja sama politik dan ekonomi, jika Korea Utara "mengambil satu langkah saja" menuju denuklirisasi.

Presiden Yoon menggunakan pidato tersebut sebagai kesempatan untuk mengungkap cetak biru penyatuan dan melakukan pendekatan baru ke Pyongyang, menyusul tawaran pemerintahnya baru-baru ini untuk menyediakan pasokan bantuan untuk kerusakan akibat banjir di Korea Utara yang terisolasi yang katanya telah ditolak.

Presiden Yoon mengatakan, peluncuran "kelompok kerja antar-Korea" dapat membantu meredakan ketegangan dan menangani berbagai masalah, mulai dari kerja sama ekonomi hingga pertukaran antar-masyarakat hingga reuni keluarga yang terpisah oleh Perang Korea 1950-53.

"Kami akan memulai kerja sama politik dan ekonomi saat Korea Utara mengambil satu langkah menuju denuklirisasi," katanya dalam sebuah upacara di Seoul, melansir Reuters 15 Agustus.

"Dialog dan kerja sama dapat menghasilkan kemajuan substantif dalam hubungan antar-Korea," lanjutnya.

Presiden Yoon dalam pidatonya, juga mengemukakan gagasan tentang rencana untuk meluncurkan konferensi internasional tentang hak asasi manusia Korea Utara dan dana untuk meningkatkan kesadaran global tentang masalah tersebut, mendukung kelompok aktivis, serta memperluas akses penduduk Korea Utara ke informasi luar.

"Penting untuk membantu menyadarkan rakyat Korea Utara akan nilai kebebasan," katanya, menyerukan agar kebebasan di Selatan diperluas ke "kerajaan beku Utara."

"Jika semakin banyak warga Korea Utara menyadari penyatuan melalui kebebasan adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki kehidupan mereka dan yakin Republik Korea yang bersatu akan merangkul mereka, mereka akan menjadi kekuatan yang kuat dan bersahabat untuk penyatuan berbasis kebebasan," tandasnya.

Namun, Korea yang bersatu tampaknya merupakan prospek yang jauh bagi kebanyakan orang di kedua sisi perbatasan. Hubungan kedua negara tetangga berada pada titik terendah dalam beberapa dekade, lantaran Pyongung berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan nuklir dan rudalnya serta mengambil langkah-langkah untuk memutus hubungan dengan Korea Selatan, mendefinisikannya kembali sebagai negara musuh yang terpisah dan bermusuhan.

Pada awal tahun, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyebut Korea Selatan sebagai "musuh utama" dan mengatakan penyatuan tidak mungkin lagi.