Rupiah Diprediksi Bakal Menguat di Tengah Penantian Data Inflasi AS
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 14 Agustus 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa, 13 Agustus 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,19 persen di level Rp15.955 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,30 persen ke level harga Rp15.963 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Indeks dolar bergerak tipis terhadap mata uang lainnya, memperpanjang kinerja semalam yang lesu karena antisipasi menjelang data inflasi utama AS minggu ini yang kemungkinan akan menjadi faktor dalam prospek penurunan suku bunga.
"Fokus minggu ini tertuju pada data indeks harga konsumen dari AS, yang akan dirilis pada hari Rabu. Pembacaan tersebut diharapkan menunjukkan inflasi sedikit mereda pada bulan Juli," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 14 Agustus.
Ibrahim menyampaikan tanda-tanda penurunan inflasi yang lebih lanjut memberi Federal Reserve lebih banyak dorongan untuk memangkas suku bunga, terutama di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa ekonomi AS menuju resesi.
Ibrahim menyampaikan pasar terbagi atas pemotongan 25 dan 50 basis poin pada bulan September, dengan data inflasi hari Rabu kemungkinan akan memberikan lebih banyak wawasan tentang potensi pemotongan.
Di luar data inflasi, pembacaan produksi industri dan penjualan eceran juga akan memberikan lebih banyak isyarat tentang ekonomi terbesar di dunia minggu ini.
Dari sisi dalam negeri, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per Juli 2024 mencatatkan defisit Rp93,4 triliun atau setara 0,41 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit itu melebar dari posisi bulan sebelumnya atau Juni 2024, yaitu Rp77,3 triliun atau 0,34 persen terhadap PDB. Dari total postur, bulan Juli 2024 kita defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB, masih jauh dari total defisit APBN [yang direncanakan untuk 2024].
Secara keseluruhan, APBN 2024 memang didesain Rp522,8 triliun atau 2,29 persen terhadap PDB. Artinya, defisit yang terjadi pada Juli 2024 masih dalam rentang proyeksi pemerintah. Sedangkan, penerimaan negara sepanjang Januari - Juli 2024 mencapai Rp1.545,4 triliun atau setara 55,1 persen dari target penerimaan.
Penerimaan itu tercatat turun 4,3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja negara pada Januari - Juli 2024 tercatat senilai Rp1.638,8 triliun atau 49,3 persen dari alokasi pemerintah. Realisasi belanja tercatat melonjak 12,2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga:
Berbeda dengan tahun ini, APBN Juli 2023 tercatat masih mengalami surplus atau penerimaan negara lebih tinggi daripada realisasi belanjanya. Pada Juli 2023, APBN masih mengalami surplus Rp153,5 triliun atau 0,72 persen terhadap PDB.
Surplus terjadi karena pendapatan negara senilai Rp1.614,8 triliun lebih tinggi dari realisasi belanjanya yakni Rp1.461,2 triliun. Seiring realisasi tersebut, keseimbangan primer APBN per Juli 2024 tercatat masih surplus Rp179,3 triliun. Sebagai perbandingan, keseimbangan primer pada Juli 2023 tercatat senilai Rp394,5 triliun.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Rabu, 14 Agustus 2024 dalam rentang harga Rp15.750 - Rp15.860 per dolar AS.