OJK Bakal Luncurkan Program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan 22 Agustus
JAKARTA - Program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan) akan diluncurkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 22 Agustus 2024. Hal ini diungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Widyasari Dewi.
“Nanti Insyaallah launching pada tanggal 22 Agustus, yang menarik adalah ini
kami sinergikan di dalam kerangka DNKI atau Dewan Nasional Keuangan Inklusif,” kata Frederica Widyasari Dewi dalam diskusi bersama media di Simalungun, Sumatera Utara, Jumat malam, dilansir dari ANTARA, Sabtu, 10 Agustus.
Ia menyampaikan bahwa implementasi program tersebut akan dikolaborasikan secara pentaheliks, yakni dengan melibatkan pelaku usaha jasa keuangan (PUJK), asosiasi dan komunitas di masyarakat, pemerintah pusat dan daerah, akademisi serta media.
Menurutnya, peran media amat penting dalam menyukseskan program tersebut sebagai pendukung peningkatan literasi agar masyarakat semakin terlindungi dan melek keuangan, sehingga akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengingat kini semakin banyak orang yang terjerat pinjaman ilegal.
“Ini merupakan PR (pekerjaan rumah) kita semua ya, untuk bagaimana kita melindungi masyarakat menjadi cerdas secara keuangan, bisa melek keuangan dan lain-lain. Itu kemudian bagaimana pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan masyarakat menjadi terlindungi dengan kerangka edukasi dan literasi tadi,” ucap Frederica.
Baca juga:
Selain program GENCARKAN, ia mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk melakukan soft launching layanan Anti-Scam Center pada bulan ini.
Pihaknya ingin memastikan agar layanan tersebut bisa berjalan dengan lancar terlebih dahulu sebelum melakukan grand launching.
Ia menuturkan bahwa layanan tersebut tidak hanya bertujuan untuk melacak dan menangkap pelaku penipuan, tapi juga menghindarkan korban dari kerugian yang lebih besar, sehingga diharapkan nasabah segera melapor ke Anti-Scam Center jika merasa menjadi korban penipuan.
Frederica mengatakan bahwa seringkali para pelaku penipuan memanfaatkan kelengahan korban untuk mendapatkan informasi yang diinginkan untuk bisa membobol rekening nasabah.
Layanan tersebut, lanjutnya, direncanakan untuk tidak hanya bekerja sama dengan para pelaku perbankan dalam melacak uang nasabah yang hilang, tapi juga berkolaborasi dengan penyedia jasa pembayaran dan marketplace karena proses pelacakan semakin sulit ketika uang nasabah yang dicuri sudah digunakan di marketplace.
“Harapannya ke depan ini juga bisa menjadi langkah preventif. Nanti akan dikembangkan sistem di mana bank bisa mengidentifikasi rekening-rekening mana yang sering digunakan untuk pemindahan atau putar-putar (uang), kan itu mestinya kelihatan. Nah di sini (rekening seperti itu) akan menjadi red flag gitu ya,” imbuhnya.