Pasar Harapkan Suku Bunga AS Turun Lebih Cepat buat Rupiah Berpotensi Menguat

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 9 Agustus 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 8 Agustus 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,88 persen di level Rp15.893 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,92 persen ke level harga Rp15.952 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan saat ini investor sedang gundah gulana melirik prospek perekonomian Amerika Serikat (AS), seperti tingkat pengangguran yang masih tinggi, juga inflasi yang belum kunjung mereda, sampai ada kekhawatitan bahwa ekonomi AS terancam resesi.

"Investor pun mengharapkan Federal Reserve atau The Fed untuk segera menurunkan suku bunga acuan," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat, 9 Agustus.

Investor meningkatkan posisinya pada potensi The Fed untuk menurunkan suku bunga setelah pertemuan Bank Sentral AS tersebut secara mendadak pada Rabu pekan lalu.

Pada pertemuan tersebut, Gubernur The Fed Jerome Powell mengisyaratkan penurunan suku bunga pada September 2024 dapat terjadi. Pernyataan tersebut kemudian diikuti rilis data pasar tenaga kerja yang lemah pada hari Jumat pekan yang sama. Pasar swap memperkirakan penurunan suku bunga The Fed hampir 50 basis poin pada September 2024.

Ibrahim menyampaikan peran tradisional dolar AS sebagai aset safe-haven akan selalu dapat kembali muncul jika pasar terus goyah atau ancaman geopolitik di Timur Tengah meningkat.

"Begitu pula dengan kembalinya fenomena Trump trade, yaitu menaruh dana pada aset seperti dolar AS atau Bitcoin yang dipandang mendapat manfaat dari kebijakan fiskal yang lebih longgar dan tarif yang lebih tinggi jika Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS," tuturnya.

Dari sisi dalam negeri, laju inflasi di dalam negeri terus mencatatkan tren yang melandai hingga Juli 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia sebesar 2,13 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya 2,51 persen yoy.

Meski laju inflasi melandai, pemerintah akan tetap mewaspadai berbagai risiko yang akan memberikan tekanan pada laju inflasi.

Salah satunya, gejolak harga pangan dan pasokan ke depan, terutama karena masih adanya tantangan cuaca ekstrem berupa musim kemarau yang dapat mempengaruhi stok pangan global dan produksi domestik.

Penurunan inflasi secara tahunan pada Juli 2024 terjadi terutama akibat penurunan sebagian besar harga pangan seiring panen yang berlimpah dan kebijakan stabilisasi pasokan, serta turunnya inflasi harga diatur pemerintah.

Jika dirincikan, komponen inflasi harga bergejolak (volatile food/VF) mengalami penurunan, dari 5,96 persen yoy pada Juni 2024, menjadi 3,63 persen yoy pada Juli 2024. Hal ini sejalan dengan panen sayuran, buah, produk unggas, serta stok ikan yang melimpah di musim kemarau.

Komponen VF yang menahan penurunan inflasi lebih lanjut, yaitu komoditas berbagai jenis cabai yang belum masuk masa panen dan harga beras yang mulai naik akibat stok yang mulai berkurang.

Sementara itu, inflasi inti mencatatkan kenaikan tipis menjadi 1,95 persen yoy, dibandingkan periode Juni 2024 sebesar 1,90 persen yoy.

Kelompok yang menjadi penyumbang inflasi inti yaitu pendidikan, perawatan pribadi (termasuk emas), dan perumahan.

Di sisi lain, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered price/AP) turun menjadi sebesar 1,47 persen yoy, dari Juni 2024 yang sebesar 1,68 persen yoy, terutama didorong normalisasi tarif transportasi pasca berakhirnya masa liburan sekolah.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 9 Agustus 2024 dalam rentang harga Rp15.820 - Rp15.920 per dolar AS.