Ekonom Proyeksikan Rupiah Bisa Menguat di Bawah Rp16.000 per Dolar AS, asalkan....
JAKARTA - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan kembali menguat dibawah level Rp16.000 per dolar AS, apabila Bank Sentral AS atau Federal Reserve menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) pada kuartal III-2024.
Chief Economist Mandiri Sekuritas Rangga Cipta menyampaikan, pergerakan rupiah masih sangat bergantung dengan ekspektasi pemangkasan Fed Fund Rate, yang diprediksi akan dipangkas pada sepanjang semester II-2024.
"Kalau kita lihat dari sisi yang sini ya semakin besar harapan pemangkasan suku bunga Fed, seharusnya ini akan baik untuk rupiah. Makanya kita lihat mungkin di semester II seharusnya rupiah akan lebih kuat. kita melihat di kuartal III mungkin rupiah bisa menguat bawah Rp16.000, mungkin kisaran Rp15.900," kata Rangga dalam acara Peluncuran Platform Digital Growin' by Mandiri Sekuritas & Economic and Market Outlook, Rabu, 7 Agustus.
Meskipun demikian, Rangga masih mewaspadai dinamika perekonomian dalam negeri dan luar negeri pada kuartal IV-2024 sehingga memperkirakan menilai rupiah akan kembali anjlok diatas Rp16.000 per dolar AS akibat dinamika yang terjadi.
Dari sisi domestik, Rangga menyampaikan kepastian fiskal dan komposisi kabinet Presiden Terpilih Prabowo Subianto akan dipastikan pada interval tersebut sehingga akan menjadi salah satu pengaruh pergerakan nilai tukar rupiah di kuartal IV-2024.
Sementara dari sisi global, Rangga mengatakan, nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan karena ada pemilu di AS sehingga tetap mewaspadai proses pemilu yang berlangsung di AS.
Menurut Rangga hal tersebut berdasarkan survei yang menunjukkan calon presiden Donald Trump merupakan capres unggulan dalam pemilu kali ini dan mengungguli bakal calon dari Demokrat, Kamala Harris.
"Ini menimbulkan kekhawatiran Amerika akan lebih agresif terhadap China. Kita tahu kita ekspor ke China itu hampir 25 persen. Jadi kalau ekonomi China makin terganggu, pasti ekspor kita ke sana juga terganggu. Itu jadi yang mungkin bisa mengembangkan rupiah di kuartal empat di sisi global," ucapnya.
Selain itu, Rangga menyampaikan, narasi yang ucapkan oleh Trump mengisyaratkan dirinya akan menaikan tarif impor barang terutama yang berasal dari China, seperti yang pernah dilakukan olehnya pada 2018-2019 yang lalu.
“Ini ada spillovernya ke Indonesia, ekspor Indonesia ke China turun. Ini kenapa ke trade balance bisa tertekan akan hal ini,” katanya.
Rangga ungkapkan bank sentral AS (AS) Federal Reserve diproyeksikan akan memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak dua kali, yaitu masing-masing sebanyak 25 basis poin (bps) pada semester II-2024.
Baca juga:
Adapun ke depannya, Rangga menjelaskan, sudah banyak tanda-tanda pelemahan ekonomi di AS yang searah dengan ekspektasi pasar The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pada September mendatang.
“Nah dari masyarakat memang kita melihat mungkin ya di second semester bisa cut sebanyak 2 kali, 25bps. Tapi memang melihat perkembangan terakhir risikonya adalah untuk Fed cut lebih banyak dan lebih cepat,” ujar Rangga.