Gaduh Isu Roti Aoka dan Okko serta Kaitannya dengan Perkembangan Teknologi Industri Pengolahan Pangan

JAKARTA – Isu bahan pengawet berbahaya yang digunakan roti Aoka dan Okko membuat gaduh masyarakat. Salah satu pihak menuding adanya permainan bisnis, sedangkan pakar pangan menyebut teknik pengemasan bisa menjadi salah satu faktor untuk memperpanjang masa simpan suatu produk.

Kegaduhan mengenai pengawet yang digunakan roti Aoka sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Namun isu ini kembali ramai dibahas warganet dalam beberapa hari terakhir.

Pertanyaannya masih sama, mengapa roti ini bisa tahan jauh lebih lama dibandingkan merek roti lainnya?

Persaingan Bisnis?

Awal mula isu ini tersebar karena adanya hasil uji lab PT SGS Indonesia, yang menyatakan produk ini mengandung natrium dehidroasetat atau sodium dehydroacetate. Bahan kimia ini biasa digunakan untuk mengawetkan kosmetik.

Namun tudingan ini dibantah PT Indonesia Bakery Family (IBF) selaku produsen Aoka, yang diwakili Head Legal Kemas Ahmad Yani. Menurutnya, produk roti Aoka telah dilakukan pengujian BPOM dan mendapatkan izin edar untuk seluruh varian sebagaimana tercantum dalam kemasan produk roti Aoka.

“Seluruh produk roti Aoka tidak mengandung sodium dehydroacetate, dan masa kedaluwarsa roti Aoka bukan enam bulan sebagaimana dikutip beberapa media,” jelas Kemas, dalam keterangan tertulis.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menarik peredaran roti Okko karena menemukan kandungan natrium dehidroasetat di dalamnya. (ANTARA/HO-www.rotiokko.com/pri)

Menurut Kemas, isu penggunaan zat berbahaya dalam produk roti Aoka menyebabkan kerugian ekonomis bagi PT IBF dan distributor sebagai mitra kerjanya. Ia menduga kabar ini diembuskan beberapa pihak sebagai upaya menjatuhkan produk dengan cara persaingan tidak sehat.

Sementara itu, PT SGS Indonesia dikabarkan telah membantah dan menyatakan informasi mengenai zat berbahaya yang digunakan PT IBF bukan berasal dari pihak mereka.

Beda Hasil Aoka dan Okko

Di tengah kegaduhan masyarakat mengenai zat pengawet berbahaya yang digunakan untuk mengawetkan makanan, BPOM memastikan tidak menemukan bahan tersebut di dalam roti merek Aoka.

Hal ini diketahui setelah BPOM melakukan uji sampel produk roti Aoka dari peredaran pada 28 Juni 2024.

"Hasil pengujian menunjukkan produk tidak mengandung natrium dehidroasetat. Hal ini sejalan dengan hasil inspeksi ke sarana produksi roti Aoka pada 1 Juli 2024 yang menunjukkan tidak ditemukannya natrium dehidroasetat di sarana produksi," kata BPOM dalam keterangan tertulis, Rabu (24/7/2024).

Namun hasil berbeda terjadi pada roti Okko dari PT Abadi Rasa Food. BPOM menemukan kandungan natrium dehidroasetat di dalamnya. Sebelumnya, BPOM melakukan inspeksi ke sarana produksi roti Okko pada 2 Juli 2024 dan menemukan bahwa produsen tidak menerapkan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dengan benar dan konsisten.

Karena temuan tersebut, BPOM telah melakukan penghentian kegiatan produksi dan peredaran. BPOM juga melakukan sampling dan pengujian di laboratorium.

Dari hasil pengujian tersebut, ternyata BPOM menemukan natrium dehidroasetat tidak sesuai dengan komposisi saat pendaftaran produk. Perintah untuk produsen roti Okko menarik produk mereka dari peredaran, memusnahkan, dan melaporkan hasilnya dikeluarkan BPOM menyusul temuan tersebut.

Teknik Pengemasan

Lalu bagaimana dengan pertanyaan publik soal mengapa sebuah roti bisa tidak berjamur meski sudah melewati masa kedaluwarsa?

Terkait hal ini, Kepala Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Satriyo Wahono memberikan penjelasan. Ini rupanya berkaitan dengan perkembangan teknologi dalam dunia industri pengolahan pangan yang turut andil dalam upaya memperpanjang masa simpan produk.

Ia menyebut teknik pengemasan bisa menjadi salah satu alasan tidak munculnya jamur pada produk makanan yang kedaluwarsa. Pengemasan yang baik disebutkan Satriyo dapat mempanjang masa simpan suatu makanan dan mencegah pertumbuhan jamur.

“Pada prinsipnya, salah satu fungsi pengemasan memang ada yang mampu untuk memperpanjang umur simpan. Tidak hanya untuk informasi produk atau estetika saja,” ujar Satriyo, mengutip Kompas.

Teknik pengemasan yang tepat bisa memperpanjang masa simpan roti, bahkan hingga enam bulan. Satriyo juga menuturkan pengawetan tersebut bergantung pada jenis roti yang diproduksi.

Roti Aoka menjadi perbincangan khalayak karena diduga menggunakan bahan pengawet berbahaya untuk memperpanjang masa simpan. (ptindonesiafamily.com)

Untuk roti tawar misalnya, pengemasan dengan plastik biasa ditambah absorben silika bisa memperpanjang umur simpan sampai satu bulan.

Lain cerita dengan roti yang memiliki kadar minyak tinggi, mengandung cokelat, keju, dan bahan tambaha lain disarankan menggunakan kemasan plastik atau alumunium ditambah injeksi atau flush nitrogen.

“Nitrogen bisa membuat bahan makanan di dalamnya tahan sampai enam bulan atau lebih,” jelasnya.

Meski teknik pengemasan dapat memperpanjang masa simpan suatu produk, tapi demi keamanan pangan, roti tersebut biasanya diberi batas setengah dari masa simpan aslinya.