Prancis Tolak Masuk 5.000 Orang Jelang Olimpiade, 1.000 di antaranya Diduga Terkait Spionase hingga Ultra-kiri
JAKARTA - Kementerian Dalam Negeri Prancis menolak sekitar 5.000 permintaan akreditasi keamanan untuk relawan dan pekerja Olimpiade, dengan sekitar 1.000 di antaranya diblokir karena adanya dugaan campur tangan atau spionase.
Olimpiade Paris 2024 rencananya dibuka pada Hari Jumat 26 Juli waktu setempat, di tengah perhatian akan keamanan konflik di Ukraina dan Timur Tengah.
Dalam pernyataannya Hari Selasa pihak kementerian menguraikan, mereka telah melakukan "sekitar satu juta" penyelidikan administratif terhadap berbagai staf untuk Olimpiade Paris 2024.
Dari pemeriksaan tersebut, berbagai ancaman diidentifikasi, termasuk campur tangan dan spionase, catatan kriminal yang dihukum, status alien ilegal, Islam radikal hingga ideologi ultra-kanan dan ultra-kiri.
"Proyek campur tangan telah digagalkan," kata kementerian tersebut, dilansir dari CNN 25 Juli.
"Rusia bukan satu-satunya negara yang mungkin ikut campur di Prancis," tambah kementerian.
Seorang warga negara Rusia ditempatkan dalam penyelidikan awal pada hari Selasa di Paris karena khawatir ia bersiap untuk mengganggu Olimpiade, kantor kejaksaan Paris mengatakan kepada CNN.
Namun demikian, pernyataan tersebut tidak menguraikan apa saja yang ditargetkan dari campur tangan negara lain.
Selain pemeriksaan staf, kementerian juga mengatakan telah memeriksa hampir 20.000 penduduk yang tinggal di perimeter keamanan di sekitar Sungai Seine, tempat upacara pembukaan akan berlangsung.
Pernyataan tersebut menegaskan kembali bahwa ini akan menjadi upacara pembukaan pertama yang berlangsung di luar stadion untuk Olimpiade Musim Panas, yang menciptakan tantangan keamanan yang signifikan.
Baca juga:
- UNRWA Sebut Anak-anak Gaza Menjadi Korban Penderitaan dan Kehilangan Masa Kanak-kanak
- Pelapor Khusus PBB Sebut Israel Tahan Pembela HAM di Tepi Barat Tanpa Pengadilan, Dipukuli dan Dipermalukan
- PM Israel Netanyahu Kunjungi AS, Amnesty Internasional Ingatkan Presiden Joe Biden
- Bertemu Menlu Wang Yi Tiga Jam, Dmytro Kuleba Sampaikan Kesiapan Ukraina Berdialog dengan Rusia
Namun, kementerian menyatakan keyakinannya, dengan menyatakan bahwa "sekarang sudah siap" setelah gladi bersih terakhir berlangsung pada Selasa malam.
Sementara itu, berbicara di BFM pada Hari Rabu, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan, "Prancis tahu bagaimana menyelenggarakan apa yang tidak diketahui orang lain di dunia."
"Sekali dalam satu abad, Prancis tahu bagaimana menjadi masa persaudaraan dan olahraga, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa negara kita adalah yang terindah di dunia," kata Mendagri Darmanin.