Pidato 1 Jam di Kongres AS, PM Israel Uraikan Garis Besar Gaza Pascaperang Tapi Tidak Sebut Negara Palestina

JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menguraikan masa depan Jalur Gaza pascaperang namun tidak menyebutkan Negara Palestina, saat berpidato di Kongres Amerika Serikat Hari Rabu.

Mendapat boikot dari puluhan politisi Partai Demokrat dan ribuan pengunjuk rasa pro-Palestina yang berdemonstrasi di luar Kongres, PM Netanyahu menepis kritik terhadap kampanye militer Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang, menurut otoritas Palestina.

Demonstran anti-Israel mendukung Hamas dan "harus malu pada diri mereka sendiri," kata Netanyahu, menuduh tanpa bukti bahwa mereka didukung oleh musuh Israel, Iran, dikutip dari Reuters 25 Juli.

"Sejauh yang kita tahu, Iran mendanai protes anti-Israel yang sedang berlangsung saat ini di luar gedung ini," katanya.

Dia menyalahkan laporan kelaparan di Gaza pada Hamas, kelompok militan yang menguasai daerah kantong Palestina dan bersikeras Israel melindungi warga sipil di sana.

Puluhan anggota parlemen Demokrat melewatkan pidatonya, menyatakan kekecewaan atas ribuan kematian warga sipil dan krisis kemanusiaan akibat kampanye Israel di daerah kantong Palestina yang diperintah Hamas di Gaza.

Dalam pidato yang berlangsung sekitar satu jam, PM Netanyahu berusaha untuk meningkatkan dukungan AS bagi Israel, khususnya pasokan senjata, dalam menghadapi kecaman internasional yang semakin meningkat setelah lebih dari sembilan bulan konflik di daerah kantong Palestina yang mengancam akan meningkat menjadi konflik regional yang lebih luas.

"Mempercepat bantuan militer AS dapat secara dramatis mempercepat berakhirnya perang di Gaza dan membantu mencegah perang yang lebih luas di Timur Tengah," katanya.

Ia mengatakan, Israel secara aktif terlibat dalam upaya intensif untuk mengamankan pembebasan para sandera. Sedangkan Gaza pascaperang, visinya adalah "Gaza yang didemiliterisasi dan dideradikalisasi" yang dipimpin oleh warga Palestina yang tidak berusaha menghancurkan Israel.

Dalam kesempatan itu, PM Netanyahu juga berbicara tentang prospek aliansi keamanan Timur Tengah yang luas antara Israel dan negara-negara tetangga Arabnya, sesuatu yang telah diupayakan Washington, sebagai benteng melawan Iran.

Pengaturan semacam itu akan membutuhkan normalisasi hubungan yang bersejarah antara Israel dan Arab Saudi, dan Riyadh telah mengatakan bahwa penolakan Netanyahu terhadap kenegaraan Palestina serta konflik yang sedang berlangsung di Gaza menghalangi upaya ini untuk terus maju.

Kendati demikian, PM Netanyahu tidak menyebutkan tentang penciptaan jalur menuju negara Palestina. Itu adalah sesuatu yang ia dan mitra koalisi sayap kanannya tolak dengan keras, meskipun Pemerintahan Biden telah mendorong Israel untuk mengalah dalam masalah tersebut.

Namun, ia tidak mengesampingkan Otoritas Palestina yang dipimpin Tepi Barat, yang perannya dalam solusi dua negara di masa depan didukung oleh pemerintahan Biden tetapi ditentang oleh mitra koalisi Netanyahu.

Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters, pidato Netanyahu menunjukkan Ia tidak ingin menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata.

"Pidato Netanyahu penuh kebohongan dan tidak akan berhasil menutupi kegagalan dan kekalahan dalam menghadapi perlawanan untuk menutupi kejahatan perang genosida yang dilakukan tentaranya terhadap rakyat Gaza," kata Abu Zuhri.

Tak lupa, dalam kesempatan tersebut PM Netanyahu juga berterima kasih kepada Biden dan mantan Presiden Donald Trump atas upaya mereka atas nama Israel. PM Netanyahu itu dijadwalkan bertemu Presiden Biden, Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris.

Pertemuan dengan Presiden Biden dan Wapres Harris direncanakan digelar hari ini, sebelum kemudian dia terbang ke Florida untuk bertemu dengan Trump Hari Jumat.

Diketahui, kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas memicu perang pada 7 Oktober dengan menyerbu Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang, menurut penghitungan Israel. Sekitar 120 sandera masih ditahan meskipun Israel yakin satu dari tiga orang tewas.

Terpisah, sumber-sumber medis di Gaza pada Hari Rabu mengatakan, sedikitnya 55 orang tewas dan 110 lainnya terluka dalam serangan Israel yang terjadi dalam 24 jam terakhir.

Itu menjadikan jumlah korban tewas warga Palestina akibat agresi mematikan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, kini melonjak menjadi 39.145 orang, sementara sedikitnya 90.257 orang lainnya mengalami luka-luka.

Di Tepi Barat, jumlah korban tewas akibat serangan oleh pasukan pendudukan dan penjajah meningkat menjadi 589, termasuk 142 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.