Tanda dan Faktor Risiko Gangguan Sexsomnia, Perilaku Seksual yang Dilakukan saat Tidur
YOGYAKARTA – Gangguan tidur yang paling dikenal adalah sleep walking, sleep talking, bahkan mengemudi saat tidur. Tetapi ternyata, berperilaku seksual saat tidur atau disebut sexsomnia, termasuk salah satu jenis parasomnia. Parasomnia adalah gangguan tidur primer yang menurut penelitian gejalanya dialami oleh delapan persen dari 832 partisipan di klinik gangguan tidur di Kanada.
Tidak jelas seberapa umum terjadi gangguan sexsomnia. Dalam penelitian di Kanada dilansir Healthline, Rabu, 24 Juli, laki-laki hampir tiga kali lebih mungkin mengalami kelainan ini dibandingkan perempuan. Perempuan dengan sexsomnia cenderung melakukan masturbasi. Seberapa membahayakan gangguan ini dan bagaimana gejala serta siapa yang memiliki risiko mengalaminya?
Sexsomnia berbeda dengan mimpi seks. Mimpi bertema seks bukan gangguan. Tetapi sexsomnia, termasuk kelainan yang melakukan perilaku seksual saat tidur dan sering kali dengan orang lain. Kesulitan orang yang mengalami gangguan sexsomnia, mereka mungkin tidak menyadari telah mengidap gangguan ini. Pasangan, orang tua, teman sekamar, atau teman, mungkin pertama kali memperhatikan perilaku tersebut.
Perilaku umum orang dengan sexsomnia, meliputi membelai, foreplay dengan pasangan tidur, dorongan panggul, perilaku yang meniru hubungan seksual, onani, hubungan seksual, orgasme spontan, pandangan mata berkaca-kaca dan kosong selama perilaku ini, dan tidak menyadari perilaku seksual setelahnya. Orang yang mengalami sexsomnia mungkin membuka mata dan bersikap terjaga. Namun, mereka mengalami episode amnesia dan tidak mengingat apa pun.
Orang dengan sexsomnia, mungkin lebih asertif selama episode seks saat tidur dibandingkan saat ia bangun. Hambatannya mungkin lebih rendah karena mereka tertidur, sehingga perilakunya mungkin tampak berbeda bagi pasangannya. Sehingga ada perbedaan halus dalam perilaku seksual antara ia bangun dan tidur.
Baca juga:
Faktor yang berkontribusi pada orang dengan gangguan tidur ini, antara lain kurang tidur, peningkatan stres, kecemasan, kelelahan, obat-obatan tertentu, minum alkohol, menggunakan obat-obatan rekreasional, pola tidur yang tidak teratur. Medis mencatat bahwa kondisi yang memicu sexsomnia, termasuk diantaranya gangguan tidur simultan, termasuk berbicara saat tidur, berjalan dalam tidur, sindrom kaki gelisah, apnea tidur obstruktif, epilepsi terkait tidur, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), cedera kepala, dan migrain.
Melakukan hal-hal yang tidak diingat pernah melakukannya saat tidur, bisa jadi mengkhawatirkan. Beberapa perilaku sexsomnia mungkin tidak berbahaya, seperti masturbasi. Namun bagi orang lain, hal ini juga bisa sangat serius. Faktanya, sexsomnia telah digunakan sebagai pembelaan dalam kasus pemerkosaan. Diagnosa membutuhkan pengamat yang menyaksikan perilaku seksual saat tidur.
Dokter juga mendiagnosis kondisi atau meminta menjalani studi tidur. Studi tidur, biasanya dilakukan di fasilitas medis khusus. Tes juga disebut polisomnografi yang mencatat beberapa hal selama tidur termasuk detak jantung, pola pernapasan, gerakan mata dan kaki. Diagnosa dokter menentukan perawatan selanjutnya. Perawatan untuk sexsomnia seringkali sangat berhasil. Perawatannya meliputi mengatasi gangguan tidur yang mendasari perilaku.