Mengikuti Polisi Gerebek Para Penipu Pajak dari China
JAKARTA - Senin sore, 25 November, anggota polisi Direktorat Reserse Kriminal Umum dan Khusus berkumpul di halaman Polda Metro Jaya. Mereka berbaris rapi mendengar arahan. Senjata laras panjang dan pendek telah siap di genggaman. Penggerebekan terhadap sindikat penipuan 'Telekomunikasi Fraud' asal China di enam lokasi siap dilakukan. Dan VOI, ikut ambil bagian dalam penggerebekan itu.
Kami sempat menunggu kurang lebih 30 menit, sebelum perjalanan benar-benar dimulai. Berbekal ponsel pintar dan alat perekam suara, kami berangkat ke lokasi. Tujuan kami adalah rumah sewaan di Jalan Anggrek Neli II, Slipi, Jakarta Barat. Menumpang bus, kami menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit. Tanda banteng besi kami melaju dengan kecepatan tinggi.
Duduk di deretan kursi belakang membuat kami lebih cermat mengamati situasi. Sopir yang mengendarai bus pariwisata --sengaja digunakan untuk penyamaran-- ini amat mahir membelah lalu lintas. Suasana di dalam cukup senyap. Hanya terdengar samar-samar suara tawa dari para anggota kepolisian yang berada satu kabin dengan kami. Entah, tawa sungguhan atau tawa untuk menyamarkan rasa tegang yang sejatinya sedang kami dengar.
Mendekati lokasi penggerebekan, bus menepi. Setidaknya, lima menit kami menunggu hingga aba-aba penggerebekan diberikan. Situasi dalam bus mulai berubah. Kami merasakan betul bagaimana suasana yang tenang mendadak menegangkan. Beberapa anggota polisi di dalam bus mulai mengalihkan pandangan mereka ke luar kabin, mencari target penggerebekan.
Aba-aba diterima lewat sambungan telepon. Telepon yang langsung membuat sopir menancap gas lebih dalam. Hanya sebentar, sebelum bus kembali melaju pelan sekitar 30 kilometer per jam. Benar saja. Lokasi penggerebekan hanya berkisar seratus meter dari lokasi bus menepi terakhir kalinya. Keadaan makin menegangkan. Pintu tengah bus terbuka. Para polisi merangsek keluar bersamaan.
Rumah berdinding cokelat
Pintu pagar rumah incaran sedikit terbuka. Pria berbaju hitam yang terlihat di antara pintu pagar jadi tangkapan pertama. Teriakan pertama pun terdengar ketika seorang anggota polisi memintanya masuk ke dalam rumah. Teriakan-teriakan lain menyusul, melantang di sekeliling rumah dengan warna dinding dominan cokelat muda itu.
"Masuk! Buka pintunya, cepat buka!" teriak seorang polisi.
[Klik untuk Menambah Rasa]
Pria berbaju hitam tangkapan pertama langsung digelandang masuk ke dalam rumah. Di lantai satu, hanya ada seorang karyawan. Dia disebut sebagai penjaga rumah. Polisi yang berjumlah 15 orang itu langsung menyebar ke segala penjuru rumah.
Garasi jadi satu-satunya akses masuk. Bau busuk menyengat adalah yang pertama kami dapati. Di sekeliling garasi, sampah rumah tangga berserakan. Menelusuri ruang belakang, polisi merangsek masuk sebelum kemudian menaiki tangga. Tak berselang lama, suara keras terdengar. Petugas mendobrak pintu sebuah kamar.
Di lantai dua, puluhan tersangka langsung diamankan. Dari empat kamar itu, mereka langsung dibawa ke lantai dasar. Seluruh tangkapan memperlihatkan reaksi sama: tertunduk. "Semuanya dari dalam kamar," kata seorang polisi yang membawa tersangka lain turun lantai.
Seluruh tangkapan dikumpulkan. Sejumlah anggota polisi melakukan pendataan. Sementara, polisi lainnya menggeledah seluruh ruangan untuk mencari barang bukti. Di lantai dua, polisi menemukan alat bukti berupa uang tunai jutaan rupiah. Sementara, di lantai satu, belasan ponsel diamankan.
Temuan kami
Ketika polisi mendata tangkapannya, kami mencoba menyusuri rumah tersebut. Kesan kotor langsung kami tangkap. Bau tak sedap menyelimuti seisi rumah. Berantakan, jelas. Sekitar 19 kotak kayu dengan busa di dalamnya berjejer rapi di beberapa sudut rumah.
Belakangan kami ketahui bahwa benda itu lah yang dijadikan alat untuk melakukan aksi penipuan. "Ini (kotak) dijadikan sebagai pelaku untuk beraksi. Jadi terkesan kedap suara," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus.
Selain itu, rumah ini terkesan tertutup. Bahkan, terasa gelap lantaran jendela-jendelanya dilapisi busa hitam. Kondisi enam kamar di lantai satu dan dua tak kalah memuakkan. Tempat tidur bertingkat mengisi kamar-kamar tersebut. Tentu dengan kondisi yang sama berantakan.
Kembali ke proses pemeriksaan para tersangka, kami menemukan kondisi bagaimana polisi kesulitan mengorek keterangan dari para pelaku yang kebanyakan adalah warga negara China. Bahasa jadi kendala. Aplikasi penerjemah dipilih untuk membantu proses pemeriksaan. Sayang, hasilnya tak maksimal. Akhirnya, mendatangkan penerjemah jadi solusi.
Pemeriksaan mulai dilakukan. Sejumlah keterangan diambil dari para tersangka. Modus penipuan yang dilakukan tersangka adalah menawarkan bantuan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pajak. Nantinya, para tersangka akan meminta sejumlah uang kepada korban untuk bantuan palsunya itu.
Beberapa jam berlalu, pengakuan seluruh tersangka belum juga dirampungkan. Di saat yang sama, Yusri Yunus kembali memberi keterangan. Kali ini soal lima lokasi lain yang juga jadi target penggerebekan.
Lima lokasi lainnya adalah Griyaloka BSD, Pantai Indah Kapuk, Bandengan, Perumahan Interkon Kebon Jeruk, serta Puri Mega. Meski begitu, Yunus tak dapat memberi keterangan pasti terkait jumlah tersangka yang diamankan dari penggerebekan serentak itu.
Yang jelas, seluruh tangkapan adalah satu jaringan. Menurut Yunus, untuk membongkar praktik penipuan ini, polisi terlebih dulu melakukan penyelidikan selama tiga bulan.
"Berdasarkan laporan informasi yang ada, tim langsung bergerak cepat. Langsung dengan serempak melakukan penggerebekan di enam lokasi, salah satunya di daerah kemanggisan ini," papar Yusri.
Masuki malam
Sore telah berganti malam. Rembulan pun memancarkan sinarnya. Pemeriksaan para pelaku diputuskan untuk dihentikan sementara. Dua mini bus disiapkan untuk membawa puluhan tersangka ke sel tahanan. Secara bergantian, puluhan orang Warga Negara China masuk dalam mobil. Tentu dengan pengawalan petugas bersenjata lengkap. Usai semua tersangka duduk teratur, sopir dua bus itu pun langsung tancap gas. Polda Metro Jaya jadi tujuan.
Tak berselang lama, Direktur Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Iwan Kurniawan, keluar dari lokasi penggerebekan. Dari gelagatnya, ia akan kembali menyampaikan perkembangan hasil pemeriksaan. Kami bersama pewarta lain langsung mengerubunginya. Sejumlah fakta baru langsung disampaikan. Ternyata, tak hanya enam lokasi yang jadi sarang penipuan. Disampaikan, ada dua titik lain di Jawa Timur.
"Jadi, tujuh titik lokasi ini, ada kurang lebih di Jakarta ada lima, di Tangerang satu, dan ada pengembangan di Jawa Timur di daerah Malang ada dua (lokasi)," katanya.
Bukan hanya menyampaikan soal bertambahnya jumlah sarang jaringan. Beberapa hal lain juga dijelaskan. Dengan setelan kemeja putih yang dipadukan celana bahan hitam, Iwan menjelaskan bahwa sasaran para tersangka biasanya adalah warga negara China lain di Indonesia. "Mereka bersama-sama biasanya menelepon ke warga negara sana (China), menyampaikan bahwa Anda (korban) ada kesalahan sehingga perlu dihubungi," katanya.
Namun, saat ditanya mengapa Indonesia lagi-lagi dipilih sebagai lokasi kejahatan, Iwan tak menjawab. Masih didalami, katanya. Pertanyaan itu dilontarkan lantaran pada tahun 2017, Polda Metro Jaya mengungkap kasus serupa. Polisi menggerebek rumah mewah di kawasan Pantai Indah Kapuk, Penjaringan, Jakarta Utara. Sekitar, 40 WNA asal Taiwan berhasil ditangkap.
Meski tak memberikan jawaban mengenai hal itu, Iwan menegaskan dalam penggerebekan serentak di enam titik, polisi menangkap 66 warga negara China. Tak lupa, beberapa barang yang ditemukan di lokasi dijadikan barang butki.
"Setelah kita lakukan penggeledahan kita dapatkan kurang lebih hampir 66 tersangka. Dan ada bebrapa barang bukti lain seperti komputer, ada ponsel, paspor, kartu indentitas," ungkap Iwan sembari masuk ke mobil dan meninggalkan lokasi penggerebekan.