Penembakan Trump, Pakar: Ada Polarisasi dan Kegagalan dalam Menciptakan Keamanan

WASHINGTON - Amerika Serikat telah mengalami peningkatan polarisasi selama bertahun-tahun hingga upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump.

Demikian hal ini dikatakan pensiunan Letnan Kolonel Angkatan Darat AS dan konsultan politik Earl Rasmussen kepada Sputnik dan dilansir VOI, Minggu 14 Juli.

Pada hari Sabtu, seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah Trump selama acara kampanye di Pennsylvania, melukai telinga kanannya, menewaskan satu penonton dan melukai dua lainnya.

Dinas Rahasia AS membunuh penembaknya. Polisi negara bagian Pennsylvania selama konferensi pers menggambarkan upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump sebagai serangan tunggal tetapi mereka sedang mencari tersangka potensial lainnya.

"Kita telah melihat selama bertahun-tahun perpecahan yang semakin besar di dalam negeri. Baru seminggu terakhir ini, saya melihat komentar-komentar mendalam yang kemungkinan besar akan memicu perpecahan yang lebih besar lagi," kata Rasmussen, seraya menambahkan bahwa perilaku dan tindakan yang ditargetkan seperti itu tidak memiliki tempat di AS dan bahwa "Kedua partai politik perlu mengurangi retorika dan mengelola basis mereka."

Pakar tersebut juga menduga ada kegagalan keamanan yang memungkinkan pria bersenjata itu mendekat.

"Saya mengerti dia berada di gedung yang berada di luar zona keamanan. Namun, jaraknya mungkin hanya 150 meter. Bangunan-bangunan tersebut seharusnya sudah dibersihkan secara menyeluruh dan jika tidak dijaga oleh pihak keamanan/dinas rahasia maka bangunan tersebut harus terus diawasi. Terlebih lagi, penembak jitu yang melawan tampak lambat bereaksi. Secara umum, meskipun keamanan pribadi di sekitar Trump baik, ada kelemahan yang jelas dalam hal keamanan pendukung,” kata Rasmussen.