The Fed Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga, Rupiah Berpotensi Menguat

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 12 Juli 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 11 Juli 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,28 persen di level Rp16.195 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup naik 0,34 persen ke level harga Rp16.200 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Dolar AS diperdagangkan dalam kisaran yang ketat setelah kesaksian Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan Kongres.

"Ketua The Fed menandai melemahnya pasar tenaga kerja baru-baru ini sebagai faktor yang semakin penting dalam memutuskan kapan bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat, 12 Juli.

Powell dalam pidatonya juga mengatakan penurunan suku bunga tidak tepat sampai The Fed memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi menuju target 2 persen. Namun dengan menyebutkan bahwa peningkatan inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang dihadapi bank sentral.

Menurut Ibrahim komentar Ketua The Fed tersebut dapat dianggap sedang mempersiapkan landasan untuk penurunan suku bunga pada bulan September 2024, dan para pedagang akan mencari penyempurnaan lebih lanjut dalam komentarnya menjelang data penting inflasi konsumen.

Dari sisi internal, Realisasi subsidi dan kompensasi energi tahun 2024 akan membengkak. Peningkatan ini didorong oleh fluktuasi Indonesian Crude Price (ICP), nilai tukar rupiah, serta peningkatan volume LPG dan listrik bersubsidi.

Pada semester I 2024, realisasi subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 155,7 triliun, dibandingkan dengan Rp 161,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu, menunjukkan penurunan 3,8 persen. Namun, angka ini belum memasukkan kompensasi yang akan dihitung pada semester II.

Guna untuk menghindari devisit APBN, pemerintah berencana untuk melaksanakan pembatasan BBM bersubsidi mulai 17 Agustus 2024, dengan tujuan mengurangi jumlah pemakaian BBM subsidi. Untuk mengatur penyaluran BBM bersubsidi, pemerintah mengeluarkan Peraturan Nomor 2 Tahun 2023, yang menetapkan bahwa pembeli BBM bersubsidi harus memiliki surat rekomendasi dari pemerintah daerah, kepala pelabuhan, lurah, atau kepala desa.

Defisit APBN menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas keuangan dan keseimbangan anggaran negara. Sedangkan, defisit APBN 2024 diproyeksikan akan lebih besar dari target yang telah ditetapkan.

Sehingga, dengan pengetatan penggunaan BBM subsidi, biaya subsidi bisa ditekan, alhasil pemerintah semakin dapat menghemat APBN 2024 dan berencana mendorong penggunaan bioetanol sebagai alternatif pengganti bensin. Penggunaan bioetanol dapat mengurangi polusi udara dan memiliki kadar sulfur yang rendah.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 12 Juli 2024 dalam rentang harga Rp16.140 - Rp16.230 per dolar AS.