Pemimpin Hamas Nilai Serangan Israel ke Gaza Bisa Membahayakan Perundingan Gencatan Senjata
JAKARTA - Pemimpin kelompok militan Palestina Hamas mengatakan, serangan terbaru Israel di Jalur Gaza pada Hari Senin mengancam perundingan gencatan senjata di saat yang krusial, saat tank-tank Israel masuk ke jantung Kota Gaza dan memerintahkan penduduk keluar setelah pemboman besar-besaran semalam.
Kelompok militan itu mengatakan, serangan baru itu tampaknya dimaksudkan untuk menggagalkan perundingan dan meminta mediator untuk mengendalikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Penduduk mengatakan serangan udara dan rentetan artileri termasuk yang terberat dalam sembilan bulan konflik antara pasukan Israel dan militan Hamas di daerah kantong itu. Ribuan orang mengungsi.
Warga mengatakan lingkungan Kota Gaza dibom sepanjang malam hingga Senin dini hari. Beberapa gedung bertingkat hancur, kata mereka.
Layanan Darurat Sipil Gaza mengatakan mereka yakin puluhan orang tewas, tetapi tim darurat tidak dapat menjangkau mereka karena serangan yang sedang berlangsung.
Serangan itu "dapat mengembalikan proses negosiasi ke titik awal. Netanyahu dan tentaranya akan memikul tanggung jawab penuh atas runtuhnya jalur ini," kata Hamas mengutip pernyataan pemimpin Ismail Haniyeh, melansir Reuters 9 Juli.
Serangan itu terjadi saat pejabat senior AS berada di wilayah itu untuk mendorong gencatan senjata setelah Hamas membuat konsesi besar minggu lalu.
Kota Gaza, di utara daerah kantong Palestina, merupakan salah satu target pertama Israel pada awal perang di Bulan Oktober. Namun, bentrokan dengan militan di sana terus berlanjut dan warga sipil mencari perlindungan di tempat lain, yang menambah gelombang pengungsian. Sebagian besar kota tersebut hancur.
Warga Gaza mengatakan tank-tank bergerak maju dari sedikitnya tiga arah pada hari Senin dan mencapai jantung Kota Gaza, didukung oleh tembakan gencar Israel dari udara dan darat.
Hal itu memaksa ribuan orang keluar dari rumah mereka untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman, yang bagi banyak orang tidak mungkin ditemukan, dan beberapa tidur di pinggir jalan.
Satu serangan tank mendorong orang-orang ke arah jalan barat dekat Mediterania, kata warga.
"Musuh ada di belakang kita dan laut ada di depan kita, ke mana kita akan pergi?" kata Abdel-Ghani, seorang warga Kota Gaza yang tidak menyebutkan nama lengkapnya.
"Peluru tank dan rudal dari pesawat jatuh di jalan dan rumah-rumah seperti gunung berapi. Orang-orang berlarian ke segala arah, dan tidak seorang pun tahu ke mana harus pergi," lanjutnya.
Sementara, militer Israel mengatakan para pejuang Hamas dan kelompok sekutunya, Jihad Islam, bersembunyi di balik infrastruktur sipil untuk menyerang pasukan Israel. Israel mengatakan telah melumpuhkan lebih dari 30 pejuang.
Baca juga:
- Rusia Klaim Temukan Laboratorium yang Digunakan Ukraina untuk Memproduksi Zat Beracun di Avdeyevka
- Gedung Putih Tepis Kabar Presiden Biden Jalani Perawatan Penyakit Parkinson
- Jumlah Korban Tewas Serangan Udara Rusia Bertambah Jadi 37 Orang, Dewan Keamanan PBB Gelar Pertemuan Hari Ini
- Hamas Tuding PM Israel Netanyahu Coba Halangi Perundingan Gencatan Senjata
Diketahui, perang terbaru di Gaza dipicu oleh serangan kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 250 orang lainnya disandera, menurut perhitungan Israel.
Kemarin, otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel 7 Oktober telah mencapai 38.193 orang dan 87.903 lainnya luka-luka, dikutip dari WAFA.
Pihak otoritas menambahkan, mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak. Sementara itu, ambulans dan tim penyelamat masih belum dapat menjangkau banyak korban dan mayat yang terperangkap di bawah reruntuhan atau tersebar di jalan-jalan di daerah kantong Palestina itu.