JAKARTA - Para pemimpin Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar pada hari Kamis meminta Israel dan Hamas untuk bertemu dan berunding pekan depan, guna menuntaskan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.
Ketiga negara, yang telah berupaya memediasi kesepakatan tersebut, mengatakan dalam pernyataan bersama, pertemuan pada 15 Agustus itu dapat dilakukan di Doha (Qatar) atau Kairo (Mesir).
"Kesepakatan kerangka kerja kini telah di atas meja dan hanya rincian implementasi yang tersisa untuk disimpulkan," kata mereka, melansir Reuters 9 Agustus.
"Tidak ada waktu lagi yang terbuang atau alasan dari pihak mana pun untuk menunda lebih lanjut. Sudah saatnya membebaskan para sandera, memulai gencatan senjata dan melaksanakan perjanjian ini," lanjutnya.
Pernyataan tersebut merupakan bagian dari upaya pemimpin ketiga negara untuk memulai perundingan, saat meningkatnya kekhawatiran akan kemungkinan konflik yang lebih luas di wilayah tersebut dengan melibatkan Iran, setelah terbunuhnya anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah.
Para pemimpin juga menawarkan untuk menyampaikan "proposal penghubung akhir" yang menyelesaikan masalah yang tersisa.
Terpisah, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, negosiator Israel akan hadir di sana. Tujuannya, katanya, adalah "untuk menuntaskan rincian dan melaksanakan perjanjian kerangka kerja."
Sementara itu, tidak ada komentar langsung dari Hamas.
Ada pun seorang pejabat senior Pemerintah AS mengatakan tidak ada harapan perjanjian tersebut akan ditandatangani minggu depan, mengingat masalah serius yang mencakup urutan pertukaran antara Hamas dan Israel. Pergerakan diperlukan di kedua sisi meja perundingan, kata pejabat tersebut.
BACA JUGA:
Ia juga mengatakan, pernyataan tersebut tidak dirancang untuk memengaruhi Iran. Tetapi, setiap eskalasi akan membahayakan harapan tercapainya kesepakatan Israel-Hamas.
Diketahui, konflik terbaru di Gaza dipicu dengan serangan kelompok militan yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023. Itu menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan 250 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel.
Sementara, otoritas kesehatan Gaza pada Hari Kamis mengonfirmasi, jumlah korban jiwa warga Palestina akibat serangan Israel telah mencapai 39.699 orang dan 91.722 lainnya luka-luka, dengan mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak, dikutip dari WAFA.