Ancam Lanjutkan Perang dengan Hizbullah Meski Ada Gencatan Senjata di Gaza, Menhan Israel: Instruksi Saya Jelas

JAKARTA - Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan, tentara Israel tidak akan berhenti bertempur dengan Hizbullah meski gencatan senjata tercapai dengan Hamas di Jalur Gaza, Palestina, mengatakan kesepakatan terpisah dengan kelompok militan Lebanon itu diperlukan.

Ancamannya muncul setelah Hizbullah pada Hari Minggu mengatakan telah melancarkan operasi udara terbesarnya sejauh ini, menyerang pusat pengawasan Israel di Gunung Hermon di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi.

"Instruksi saya kepada pasukan di utara dan selatan jelas: bahkan jika kita mencapai permukiman di selatan, kita akan terus bertempur di utara sampai kita membawa Hizbullah ke pemukiman dan memulihkan keamanan penduduk," kata Menhan Gallant dalam sebuah video pada Hari Minggu saat berkunjung ke daerah Gunung Hermon, melansir The National News 8 Juli.

"Hal-hal bisa saja terjadi. Kita tidak menginginkannya. Kami siap untuk apa pun, tetapi kami siap menghadapi kenyataan jika mereka datang untuk menyerang kami, atau jika mereka mencoba untuk menyakiti kami, atau jika mereka tidak mengizinkan kami untuk memulangkan warga negara kami dengan selamat ke rumah mereka, kami akan bertindak," tandasnya.

Hizbullah membuka front tekanan di perbatasan Lebanon-Israel pada tanggal 8 Oktober, untuk mendukung sekutunya Hamas, guna mengalihkan fokus militer Israel dari Jalur Gaza. Sejak saat itu, Hizbullah dan Israel telah saling tembak setiap hari.

Peningkatan eskalasi di front Lebanon-Israel dalam beberapa minggu terakhir menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan, kelompoknya akan menghentikan serangannya terhadap Israel hanya jika Israel berhenti membom Jalur Gaza.

Israel sendiri berulang kali mengancam akan melancarkan perang besar-besaran jika Hizbullah tidak menarik diri dari wilayah perbatasan dan mengizinkan penduduk Israel kembali ke sana dengan selamat.

Sikap Hamas yang melunak terkait usulan gencatan senjata di Gaza telah menghidupkan kembali harapan bahwa penyelesaian konflik perbatasan Israel-Lebanon juga dapat dicapai.

Namun, retorika perang antara Hizbullah dan Israel terus berlanjut. Dalam sebuah pernyataan pada Hari Minggu mereka mengatakan, para pejuangnya mengirim "beberapa skuadron pesawat tanpa awak secara berurutan untuk menargetkan pusat pengintaian" di Gunung Hermon.

Pasukan Israel mengatakan sebuah pesawat tanpa awak peledak "jatuh di area terbuka di area Gunung Hermon" tetapi tidak ada yang terluka.

Serangan itu terjadi setelah seorang anggota kelompok itu tewas pada Hari Sabtu dalam sebuah serangan di Lembah Beqaa, Lebanon, 100 km di utara perbatasan dengan Israel.

Serangan Israel menewaskan "seorang anggota kunci di unit pertahanan udara Hizbullah," klaim militer. Hizbullah menyebut Maytham Al Attar sebagai pejabat yang tewas pada hari Sabtu

Pada Hari Senin, kelompok militan itu mengumumkan tewasnya salah satu pejuangnya setelah militer Israel mengatakan telah melancarkan beberapa serangan udara dan artileri semalam di Lebanon.

Hampir 400 orang tewas di Lebanon sejak 8 Oktober, sekitar 90 di antaranya warga sipil, sementara 18 tentara dan 10 warga sipil tewas di Israel.

Diketahui, militer Israel mengatakan telah menyetujui rencana operasional untuk serangan di Lebanon. Kelompok Hizbullah terakhir kali berperang dengan Israel pada tahun 2006. Israel menginvasi Lebanon pada tahun 1982, setelah perang yang bertepatan dengan pembentukan Hizbullah.