Presiden Putin Tegaskan Rusia Siap Berunding untuk Selesaikan Konflik Ukraina, Kembali ke Perjanjian Istanbul
JAKARTA - Presiden Vladimir Putin kembali menegaskan kesiapan dan kesediaan Rusia untuk berunding guna menyelesaikan konflik Ukraina, menyerukan kembali ke Perjanjian Istanbul.
Berbicara di sela-sela Pertemuan ke-24 Dewan Kepala Negara SCO (Organisasi Kerja Sama Shanghai) di Astana, Kazakhstan Hari Kamis, Presiden Putin memastikan Moskow siap berunding, menyalahkan Kyiv yang melakukan penolakan atas instruksi dari Barat.
"Rusia, seperti yang Anda ketahui, tidak pernah menolak perundingan damai dan siap untuk melanjutkannya sekarang," kata Presiden Putin, melansir TASS 4 Juli.
"Ukrainalah yang menolak perundingan dan melakukannya secara terbuka dan atas instruksi langsung dari London dan Washington," tambahnya, mengutip retorika dari pejabat Ukraina.
Lebih lanjut Presiden Putin mengatakan, Perjanjian Istanbul 2022 masih "di atas meja" dan dapat berfungsi sebagai dasar untuk perundingan damai dengan Ukraina.
"Perjanjian Istanbul, saya berterima kasih untuk ini, presiden Republik Turki, Tuan Erdogan, yang berpartisipasi dalam pekerjaan ini sebagai mediator. Perjanjian ini belum ditolak, mereka disetujui oleh kepala delegasi negosiasi Ukraina, yang berarti, tampaknya, mereka cukup memuaskan bagi Ukraina. Perjanjian ini, perjanjian Istanbul, masih di atas meja dan dapat berfungsi sebagai dasar untuk melanjutkan perundingan ini," katanya, dikutip dari Anadolu.
Bulan lalu, Presiden Putin mengatakan, Rusia siap untuk merundingkan penyelesaian konflik Ukraina kapan saja, bahkan jika digelar besok, namun ia ingin semua pihak yang terlibat harus mempelajari proposal perdamaiannya.
"Proposal dari pihak kami sudah ada di atas meja. Ini tidak tergantung pada kami ketika semua aktor yang tertarik pada negosiasi akan mengambil apa yang ada di atas meja dan mulai bernegosiasi. Mereka dapat melakukannya besok, tetapi terserah mereka kapan mereka mau melakukannya," kata Presiden Putin.
"Kami mendukungnya dan tidak pernah menyerah, tetapi bukan atas dasar beberapa bentuk yang fana, melainkan pada kesepakatan yang dicapai setelah hampir satu setengah bulan negosiasi yang sulit di Istanbul dan Minsk. Ini adalah dasar di mana kami siap untuk melanjutkan dialog kami dengan pihak Ukraina," urainya.
Mengenai lokasi perundingan, Presiden Putin menambahkan, Rusia tidak mempermasalahkan lokasi yang akan dipilih untuk menggelar perundingan.
"Tidak masalah di mana perundingan itu berlangsung: di Minsk, Istanbul, atau Swiss," kata Presiden Putin.
Baca juga:
- Kementerian Luar Negeri Tegaskan CAT Terkait Kasus Ketua KPU RI Bukan Diplomat
- Biro Komite PBB Puji Peran Indonesia, Dubes Mansour: Pendukung Perdamaian, Keadilan dan Solusi Dua Negara
- PBB Sebut Perintah Evakuasi Israel Sebabkan Upaya Peningkatkan Bantuan Kemanusiaan di Gaza Berantakan
- Mossad Sebut Israel Sedang Mempelajari Respons Hamas Terkait Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza
Diketahui, Rusia dan Ukraina bertemu di Belarusia pada awal Maret 2022, untuk perundingan pertama setelah peluncuran operasi militer khusus, tetapi perundingan tersebut tidak membuahkan hasil yang nyata.
Pada tanggal 29 Maret 2022, putaran perundingan berikutnya berlangsung di Istanbul, Turki, ketika Moskow untuk pertama kalinya menerima kerangka kerja dari Kyiv, untuk kemungkinan perjanjian di masa mendatang secara tertulis.
Kerangka kerja tersebut mencakup, khususnya, kewajiban mengenai status Ukraina yang netral dan tidak berpihak serta penolakannya untuk menyebarkan senjata asing, termasuk senjata nuklir, di wilayahnya. Namun, proses negosiasi dihentikan secara sepihak oleh Ukraina.