Bangun SDM Kompeten, Kemenperin Gandeng 2 Perusahaan Jepang Bidang Permesinan dan Energi

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjalin kerja sama dengan dua perusahaan industri asal Jepang, yakni Morimitsu Industry Co., Ltd dan AAI Co., Ltd. Kerja sama ini dilakukan guna mengembangkan sumber daya manusia (SDM) industri, termasuk penyelenggaraan pendidikan vokasi.

Sekadar informasi, Morimitsu Industry Co., Ltd merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri energi dan manufaktur permesinan.

Sedangkan, AAI Co., Ltd adalah perusahaan yang bergerak di bidang konsultasi pengembangan bisnis dan energi terbarukan.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indonesia dan Jepang memang terus saling mendukung dan sama-sama memetik keuntungan dalam kerja sama di sektor industri.

"Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah panjang dalam mendukung industrialisasi di Indonesia dengan membawa investasi sektor industri manufaktur ke dalam negeri," ujar Menperin Agus dalam keterangan tertulisnya, dikutip Rabu, 26 Juni.

Adapun pada Selasa, 25 Juni waktu setempat, di Nagasaki, Jepang, telah dilaksanakan penandatanganan kerja sama antara Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Masrokhan dengan CEO Morimitsu Industry Co., Ltd, Mitsusaki Shunji dan Chairman AAI Co., Ltd, Nakamura Hirohide.

Kolaborasi dalam pelaksanaan pendidikan vokasi industri ini akan berlangsung selama lima tahun.

Masrokhan menyampaikan, apresiasinya terhadap kerja sama yang telah dilakukan. Sebab, dua perusahaan asal Jepang tersebut kini telah menjadi bagian dalam pengembangan SDM industri di Indonesia.

Dia berharap, kerja sama ini akan mencetak SDM yang kompeten dalam mendukung peningkatan produksi dan inovasi di sektor industri manufaktur nasional.

"Upaya ini merupakan wujud nyata Kemenperin membuka kelas internasional di Jepang," katanya.

Dalam implementasinya, kerja sama ini akan melibatkan unit pendidikan vokasi milik Kemenperin, yakni Politeknik ATI Makassar.

"Kami ingin para mahasiswa di Politeknik ATI Makassar yang mengikuti program ini mendapatkan kesempatan praktik kerja industri di Morimitsu. Selanjutnya, kami berharap mereka lulus dan dapat bekerja di perusahaan ini," ucapnya.

Menurut Masrokhan, kunjungan kerja ke Jepang ini juga untuk meningkatkan kerja sama dengan berbagai institusi di Jepang, khususnya bidang pendidikan vokasi industri.

"Kami ingin belajar dan bertukar pengalaman terkait pengelolaan pendidikan vokasi sekaligus berdiskusi terkait penyiapan kurikulum, penyelenggaraan pendidikan, penyiapan sarana dan prasarana serta pembangunan infrastruktur pendidikan," tuturnya.

Di samping itu, kata dia, diharapkan bisa mendapatkan pengetahuan baru, tambahan pengalaman dan contoh praktik terbaik dalam menyelenggarakan pendidikan vokasi.

"Sehingga kami yakin bahwa kunjungan kerja ini akan memberi wawasan yang berharga. Ke depannya, dapat kami terapkan dalam pengembangan SDM industri di Indonesia," ungkapnya.

Lebih lanjut, Masrokhan mengungkapkan, saat ini Kemenperin memiliki 13 perguruan tinggi dan 9 SMK yang menyelenggarakan pendidikan vokasi.

Dia mengeklaim, pihaknya mampu menghasilkan lulusan siap kerja sesuai kebutuhan dunia industri saat ini.

"Seluruh sekolah kami dikembangkan berbasis kompetensi dengan spesialisasi industri tertentu, dengan memastikan lulusannya memiliki kompetensi spesifik yang diperlukan di sektor industri," jelasnya.

Saat ini, lanjutnya, jumlah lulusan SMK dan Politeknik milik Kemenperin mencapai 6.000 orang per tahun dan pada umumnya sudah banyak yang dipesan oleh industri pada saat wisuda.

"Tentunya, kami juga akan merasa sangat senang apabila Morimitsu dan AAI menjadi bagian dalam upaya pengembangan SDM industri yang kompeten di Indonesia," pungkasnya.