Macron Siap Berdialog dengan Putin di Tengah Ketegangan Pasokan Senjata Barat ke Ukraina

JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dirinya siap melanjutkan dialog dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Saya akan melanjutkan dialog dengan Vladimir Putin,” ujarnya di podcast Generation Do It Yourself dilansir TASS, Selasa, 25 Juni.

“Tidak, kami belum (berkomunikasi) dalam beberapa bulan terakhir, tapi saya tidak menutup kemungkinan untuk membicarakan satu masalah atau lainnya,” katanya.

Pemimpin Perancis tersebut menekankan dirinya “percaya pada kekuatan dialog.” “Saya berbicara dengan sangat tulus: Saya yakin pentingnya melanjutkan dialog,” kata Macron.

Dia mengaku ingin berdiskusi dengan pemimpin Rusia tersebut, khususnya masalah pembangkit listrik tenaga nuklir, tanpa merinci maksudnya.

Putin sebelumnya mengatakan Moskow siap berinteraksi dengan Paris jika pihak Prancis mempunyai kepentingan tersebut. Menurut pemimpin Rusia itu, dia dan Macron memiliki hubungan kerja yang baik, namun presiden Prancis memutuskan hubungan tersebut.

Hubungan Rusia dengan sejumlah negara Barat renggang terkait perang di Ukraina. Vladimir Putin pernah memperingatkan negara-negara Barat, anggota NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) yang dianggap bermain api dengan mengusulkan agar Ukraina menggunakan senjata Barat untuk menyerang jauh di dalam wilayah Rusia, yang menurutnya dapat memicu konflik global.

"Eskalasi yang terus-menerus dapat menimbulkan konsekuensi serius," kata Presiden Putin kepada wartawan di Tashkent pada Rabu, 29 Mei.

Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan Ukraina harus diizinkan menggunakan senjata Prancis, termasuk rudal jarak jauh, terhadap sasaran di wilayah Rusia tempat Moskow menyerang Ukraina.

“Kami pikir kami harus mengizinkan mereka untuk menetralisir lokasi militer tempat rudal ditembakkan dan, pada dasarnya, lokasi militer tempat Ukraina diserang,” kata Macron saat konferensi pers dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Brandenburg, Jerman dilansir CNN, Rabu, 29 Mei

“Tanah Ukraina diserang dari pangkalan-pangkalan di Rusia. Jadi bagaimana kami menjelaskan kepada warga Ukraina bahwa kami harus melindungi kota-kota ini… jika kami memberi tahu mereka bahwa Anda tidak diperbolehkan mencapai titik di mana rudal ditembakkan?”

Prancis dilaporkan telah memasok rudal jelajah SCALP kepada Ukraina dalam jumlah yang tidak diketahui, menurut situs web Kementerian Pertahanan Prancis.

Rudal SCALP memiliki jangkauan hingga 155 kilometer (96 mil) dan membawa hulu ledak penetrasi berdaya ledak tinggi seberat 400 kilogram (881 pon), menurut proyek Ancaman Rudal di Pusat Studi Strategis dan Internasional.