Rutte Jadi Kandidat Kuat Sekjen NATO, Moskow Sebut Tidak akan Mengubah Kebijakan Aliansi Terhadap Rusia

JAKARTA - Pejabat Moskow mengatakan, pejabat baru Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak akan mengubah kebijakan aliansi itu terhadap Rusia.

Itu dikatakan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada Radio Sputnik. Nama Perdana Menteri Belanda Mark Rutte disebut sebagai kandidat kuat untuk menduduki posisi Sekjen NATO.

"Tidak ada yang akan berubah di NATO dengan masuknya orang baru. Tidak ada dokumen doktrin yang akan berubah," kata diplomat tersebut Hari Rabu, dilansir dari TASS 20 Juni.

Zakharova menjelaskan, posisi sekretaris jenderal NATO "sangat kecil dalam hal pengaruh politiknya."

Sebelumnya, Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengonfirmasi dalam sebuah konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Washington, aliansi ini hampir menunjuk sekretaris jenderal yang baru. Ia menyebut Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebagai kandidat kuat.

Jubir Kemlu Rusia Maria Zakharova. (Twitter/@mfa_russia)

Rutte sendiri diketahui merupakan sekutu Ukraina dan merupakan salah satu kritikus keras Presiden Rusia Vladimir Putin.

Hampir 14 tahun menjadi Perdana Menteri Belanda, Rutte menjadi salah satu kekuatan pendorong di balik dukungan militer Eropa untuk Ukraina sejak invasi Rusia tahun 2022, mengatakan kekalahan di medan perang bagi Moskow sangat penting untuk mengamankan perdamaian di Eropa.

NATO harus kuat untuk melawan Moskow, dan para pemimpin Uni Eropa lainnya tidak boleh naif tentang Rusia Putin, katanya.

"Ia tidak akan berhenti di Ukraina, jika kita tidak menghentikannya sekarang. Perang ini lebih besar dari Ukraina itu sendiri. Ini tentang menegakkan aturan hukum internasional," kata Rutte kepada PBB pada September 2022, tujuh bulan setelah invasi besar-besaran Rusia, dikutip dari Reuters.

Di sisi lain, Ia pendukung kuat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang ia ingat pernah bertemu di Kyiv lima tahun lalu.

PM Belanda Mark Rutte bersama Presiden Zelensky. (Sumber: President.gov.ua)

"Sudah jelas bahkan saat itu, Ia adalah seorang pria dengan misi. Saya yakin bahwa keberhasilan Ukraina sangat bergantung pada mentalitas yang ia tunjukkan sejak awal," kata Rutte kepada Reuters pada Bulan April.

Sebaliknya, ketika memperingatkan tentang ancaman yang ditimbulkan oleh Putin, ia telah menyatakan Pemimpin Rusia itu tidak sekuat yang terlihat.

"Jangan terlalu melebih-lebihkan Putin. Saya sudah banyak berbicara dengan pria itu. Ia bukan pria yang kuat, ia bukan pria yang kuat," ujar Rutte dalam sebuah debat dengan parlemen pada Bulan April.

Rutte pertama kali menjabat pada tahun 2010. Di bawah kepemimpinannya, Belanda telah meningkatkan pengeluaran pertahanan hingga lebih dari ambang batas 2 persen dari PDB yang diwajibkan bagi anggota NATO. Belanda juga menyediakan jet tempur F-16, artileri, drone dan amunisi untuk Kyiv, di samping berinvestasi besar-besaran pada militernya sendiri.

Jalannya untuk menggantikan Jens Stoltenberg, yang mengundurkan diri sebagai kepala NATO pada Bulan Oktober setelah hampir satu dekade memimpin, menjadi hampir pasti setelah Hongaria dan Slovakia mengindikasikan pada tanggal 18 Juni, mereka akan mendukung pencalonannya untuk memimpin aliansi 32 negara tersebut.

Yang tersisa hanyalah Rumania, yang Presidennya Klaus Iohannis juga bersaing untuk jabatan tersebut.

Beberapa anggota aliansi berharap Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas akan menjadi wanita pertama yang memimpin NATO. Tetapi, yang lain melihatnya terlalu agresif terhadap Rusia.

Rutte akan mengundurkan diri secara resmi sebagai perdana menteri ketika pemerintah sayap kanan Belanda yang baru-baru ini dibentuk menggantikan koalisi kanan-tengahnya.

Ia mengukuhkan upayanya untuk menjadi kepala NATO yang baru tahun lalu, saat memimpin koalisi internasional yang akan mengirimkan jet tempur F-16 ke Ukraina dan melatih pilot Ukraina.