Jazz in Unity, Spirit Positif Musisi Tanah Air untuk Anak-Anak di Palestina
JAKARTA - Genosida dan penindasan yang terjadi di tanah Gaza, Palestina merenggut senyum dan tawa ceria anak-anak di sana. Jangankan bermain atau menikmati musik dengan riang, keselamatan mereka setiap harinya terus jadi taruhan.
Tidak ada lagi fungsi musik yang dapat mencerahkan hari anak-anak jika kita tetap membiarkan anak-anak Palestina menjadi korban genosida yang terjadi di sana. Lewat dukungan komunitas dan pegiat musik jazz di Indonesia, kegelisahan tersebut mendorong mereka untuk berbuat hal baik lewat gerakan Jazz in Unity.
Spirit jazz menyala dalam Jazz in Unity untuk menunjukkan kepeduliannya bagi kondisi yang menimpa anak-anak di Palestina. Sederet musisi Tanah Air seperti Armiya Husein, Bella Fawzi, Chiki Fawzi, Dara Swandana, Dira Sugandi, Eka Annash, Elfa Zulham, Fia, Jamie Aditya, Kevin Yosua, Kojek Rap Betawi, Sri Hanuraga bersatu untuk sebuah misi mulia.
Selain itu juga ada pembacaan puisi dari Rebecca Kezia, dan Yudi Ahmad Tajudin akan tampil di malam konser amal. Bertempat di sebuah club jazz bernama 1920 lounge di bilangan Kemang, Jakarta, kemarin malam (14/6).
Dalam acara ini juga dipersembahkan musikalisasi puisi oleh Yudi Ahmad Tajudin dan Rebecca Kezia. Mereka diiringi oleh komposisi musik yang syahdu dan apik bersama Sri Hanuraga, Elfa Zulham, dan Kevin Yosua.
“Jazz in Unity ini tercetus dari keresahan pribadi saya yang ternyata menjadi keresahan kolektif para pegiat dan penggiat jazz di Indonesia. Bermula dari sebuah story di Instagram untuk mengajak membuat konser amal bagi anak-anak terdampak penindasan di Palestina, secara organik terkumpul lah beberapa musisi, pemilik venue, show director, fotografer, videografer, streaming partner, kru, crowdfunding partner, auditor, dan lembaga kesehatan yang akan menyalurkan donasi,” ungkap penggagas Jazz in Unity, Bagas Indyatmono dalam siaran tertulis yang diterima VOI.
Baca juga:
“Kalau musik genre lain mungkin ada lagu tentang Palestina dan perlawanan, tapi kalau musik jazz itu memang lahir dari perbudakan dan perlawanan. Jadi musiknya memang sudah dan harus membuat orang bahagia,” ujar Jamie yang tampak sangat emosional hingga kerap meneteskan air mata kala bercerita tentang kondisi yang dialami anak-anak Palestina.
Gerakan dan konser amal ini yang dipersiapkan hanya dalam waktu 14 hari ini, lanjut Bagas, diharapkan dapat memberikan perhatian yang cukup besar terhadap apa yang sedang terjadi di Palestina dan dapat menular kepada komunitas sejenis di daerah atau negara lainnya.
“Saya merasa terhormat untuk mendukung acara Jazz in Unity yang didedikasikan untuk membantu anak-anak Palestina. Seluruh keuntungan kami dari penjualan selama acara akan disumbangkan ke badan amal yang membantu anak-anak Palestina. Kami percaya apa yang kami perbuat ini dapat memberikan dampak positif,” tambah pemilik club jazz 1920, Salil Innab.
Untuk menyalurkan hasil donasi, Jazz in Unity juga bekerjasama dengan MER-C Indonesia dan Kitabisa. Gerakan ini juga mengajak Anda semua bisa ikut terlibat dalam donasi di tautan berikut.
Sampai acara ini usai, terkumpul sekitar Rp 18 juta dari donasi dan hasil penjualan 1920 lounge. Donasi ini masih akan terus dibuka di laman Kitabisa selama beberapa waktu ke depan.
“Kami salut banget sama aksi nyata teman-teman Jazz in Unity dalam menyuarakan dukungan untuk Palestina. Kitabisa bersama MER-C Indonesia berkomitmen untuk memastikan donasi yang terkumpul pada konser amal ini dapat tersalurkan dan diterima langsung oleh anak-anak Palestina,” pungkas Vikra Ijas, CEO Kitabisa.