Kunjungan Putin ke Vietnam Picu Kecaman AS terhadap Hanoi

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi Hanoi pekan ini, kata beberapa pejabat. Rencana kunjungan ini memicu kecaman AS.

Kunjungan tersebut dilakukan setelah Hanoi menghindari pertemuan puncak perdamaian Ukraina di Swiss akhir pekan lalu. Vietnam lantas mengirimkan wakil menteri luar negerinya ke pertemuan BRICS di Rusia awal pekan lalu.

Putin diperkirakan akan bertemu dengan presiden baru Vietnam, To Lam, dan para pemimpin lainnya selama kunjungan dua hari ke Hanoi pada Rabu dan Kamis pekan ini, kata para pejabat.

Amerika Serikat, yang meningkatkan hubungan dengan Hanoi tahun lalu dan merupakan mitra dagang utama Vietnam, bereaksi keras.

“Tidak ada negara yang boleh memberikan platform kepada Putin untuk mempromosikan perang agresinya dan sebaliknya membiarkan dia menormalkan kekejamannya,” kata juru bicara Kedutaan Besar AS di Hanoi kepada Reuters ketika ditanya tentang dampak kunjungan tersebut terhadap hubungan dengan AS, dilansir Senin, 17 Juni.

“Jika dia bisa bepergian dengan bebas, hal itu bisa menormalkan pelanggaran terang-terangan Rusia terhadap hukum internasional,” tambah juru bicara itu, merujuk pada invasi ke Ukraina yang dilancarkan Putin pada Februari 2022.

Kementerian Luar Negeri Vietnam tidak membalas permintaan tanggapan Reuters.

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang bermarkas di Den Haag pada Maret 2023 mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap presiden Rusia atas dugaan kejahatan perang di Ukraina. Vietnam, Rusia dan Amerika bukan anggota ICC.

Uni Eropa, mitra ekonomi penting lainnya bagi Vietnam, tidak memberikan komentar menjelang kunjungan tersebut, namun bulan lalu mereka menyatakan ketidakpuasannya atas keputusan Hanoi untuk menunda pertemuan dengan utusan Uni Eropa mengenai sanksi Rusia – sebuah penundaan yang oleh para pejabat dikaitkan dengan persiapan kunjungan Putin.