Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Ekspetasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 14 Juni 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 13 Juni 2024, Kurs rupiah spot di tutup naik 0,13 persen ke level Rp16.270 per dolar AS.

Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,06 persen ke level harga Rp16.286 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan bank sentral sekarang hanya melihat kemungkinan satu kali penurunan suku bunga tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebanyak tiga kali.

"Beberapa pembuat kebijakan bahkan menyerukan agar tidak ada penurunan suku bunga tahun ini karena tingginya inflasi," jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Jumat, 14 Juni.

Ibrahim menyampaikan The Fed juga menaikkan perkiraan inflasi untuk tahun 2024. Namun komentar The Fed didahului oleh inflasi indeks harga konsumen yang menunjukkan bahwa inflasi sedikit lebih rendah dari perkiraan pada bulan Mei.

Menurutnya, angka tersebut memukul dolar dan menurunkan imbal hasil Treasury, karena para pedagang menerima narasi disinflasi

Namun, dolar stabil setelah komentar The Fed, mengingat suku bunga yang lebih tinggi dan lebih panjang kemungkinan akan menguntungkan greenback. Skenario seperti ini juga menjadi pertanda buruk bagi mata uang yang didorong oleh risiko.

Data PPI yang akan dirilis pada hari Kamis diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai inflasi.

Selain itu, Bank sentral kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil, namun diperkirakan akan mengurangi sebagian pembelian obligasi dalam upaya untuk memperketat kebijakan.

Meskipun kondisi moneter yang lebih ketat diperkirakan akan memberikan dukungan terhadap mata uangnya.

Dari sisi internal, pernyataan para ekonom berbeda dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengungkapkan proyeksi ekonomi dunia diperkirakan masih suram hingga tahun depan.

Ibrahim menyampaikan setidaknya ada enam tantangan besar yang harus dihadapi dunia ke depan yakni suku bunga tinggi, restriksi perdagangan yang semakin ketat, volatilitas harga komoditas, ketegangan geopolitik, mulai menuanya populasi dunia, hingga buruknya dampak perubahan iklim.

Adapun tantangan ini ada yang bersifat ekonomi, seperti inflasi. Lonjakan inflasi di beberapa negara khususnya negara maju direspons dengan kenaikan suku bunga acuan.

Kini posisinya suku bunga acuan berada di level yang tinggi dalam waktu yang lama karena inflasi tak kunjung reda.

Selain itu dari dalam negeri, kondisi ekonomi mulai mengalami tantangan serupa. Nilai tukar rupiah serta tingginya suku bunga saat ini membuat ekonomi Indonesia dalam ancaman.

Bila kondisi ini terus berlanjut maka beragam dampak buruk bisa menghantam Indonesia, mulai dari ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga daya beli melemah.

Data-data ekonomi yang ada saat ini cukup memberikan kecemasan bagi berbagai pihak. Begitu pula dengan harga barang yang terus mengalami kenaikan di tengah daya beli masyarakat yang tidak dalam performa terbaiknya.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 14 Juni 2024 dalam rentang harga Rp16.230 - Rp16.310 per dolar AS.

s