Kapal Perang Rusia Tiba di Pelabuhan Kuba: Bawa Rudal Hipersonik dan Jelajah, Berjarak 100 Mil dari Pangkalan Militer AS
JAKARTA - Kapal perang jenis fregat dan kapal selam bertenaga nuklir Rusia tiba di Pelabuhan Havana pada Hari Rabu waktu setempat, persinggahan yang menurut Kuba dan Amerika Serikat tidak menimbulkan ancaman, namun dilihat umum sebagai unjuk kekuatan Moskow.
Warga hingga nelayan Kuba antusias menyambut kedatangan kapal tersebut saat melintasi Kastil Morro yang berusia 400 tahun di pintu masuk pelabuhan. Di pelabuhan, meriam-meriam Kuba memberikan sambutan dengan melakukan tembakan salvo.
Ditemani kapal tunda dan kapal bahan bakar, Fregat Admiral Gorshkov (454) dan kapal selam bertenaga nuklir Kazan (K-561) tiba lebih awal di pagi hari waktu setempat.
Keempat kapal Rusia tersebut berlayar ke Kuba setelah melakukan pelatihan "senjata rudal presisi tinggi" di Samudra Atlantik, demikian ungkap Kementerian Pertahanan Rusia, melansir Reuters 13 Juni.
Kapal selam dan fregat tersebut membawa rudal hipersonik Zircon, rudal jelajah Kalibr dan rudal anti-kapal Onyx, kata kementerian itu.
Kuba mengatakan pekan lalu bahwa kunjungan tersebut merupakan praktik standar oleh kapal-kapal angkatan laut dari negara-negara yang bersahabat dengan Havana.
Sementara, kementerian luar negeri negara itu mengatakan, armada tersebut tidak membawa senjata nuklir, sesuatu yang juga disampaikan oleh para pejabat Amerika Serikat.
Washington telah memantau kapal-kapal Rusia tersebut saat mereka melintasi pantai Florida, mengatakan kapal-kapal itu tidak menimbulkan ancaman.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada para wartawan pada, latihan angkatan laut semacam itu adalah hal yang rutin.
"Kami telah melihat hal semacam ini sebelumnya dan kami memperkirakan akan melihat hal semacam ini lagi, dan saya tidak akan menafsirkannya dengan motif tertentu," kata Sullivan.
Lebih lanjut Sullivan mengatakan, tidak ada bukti Rusia telah memindahkan rudal ke Kuba, namun Negeri Paman Sam akan tetap waspada.
"Kami tidak mengharapkan hal seperti itu terjadi," tandasnya.
Havana hanya berjarak 100 mil (160 km) dari Key West, Florida, rumah bagi Pangkalan Udara Angkatan Laut AS.
Sementara itu, Profesor William Leogrande dari American University mengatakan, waktu kunjungan menunjukkan lebih dari sekadar 'praktik standar'
"Kunjungan kapal perang Rusia ini adalah cara (Presiden Vladimir) Putin untuk mengingatkan (Presiden Joe) Biden bahwa Moskow dapat menantang Washington dalam lingkup pengaruhnya sendiri," kata Leogrande.
Persinggahan ini bertepatan dengan krisis sosial dan ekonomi terburuk di Kuba dalam beberapa dekade terakhir, dengan kekurangan segala sesuatu mulai dari makanan, obat-obatan dan bahan bakar serta meningkatnya ketidakpuasan di jalanan.
Baca juga:
- Rumah Sakit hingga Ambulans di Gaza Terancam Berhenti Beroperasi karena Kekurangan Bahan Bakar
- Hamas Ajukan Sejumlah Perubahan Proposal Gencatan Senjata, Menlu Blinken: Waktunya Hentikan Tawar-Menawar
- Arab Saudi Uji Coba Layanan Taksi Udara Otonom untuk Layani Jemaah Haji, Medis hingga Logistik
- UNICEF Sebut Sekitar 3.000 Anak Malnutrisi di Gaza Berisiko Meninggal Akibat Terputusnya Pengobatan
"Ini memiliki gema Perang Dingin, tetapi tidak seperti Perang Dingin pertama, orang-orang Kuba tertarik ke Moskow bukan karena kedekatan ideologis, melainkan karena kebutuhan ekonomi," kata Leogrande.
Terpisah, sejarah antara kedua negara tidak hilang dari benak warga Kuba yang menyaksikan kedatangan kapal-kapal Rusia yang direncanakan berada di Havana hingga 17 Juni mendatang.
"Saya belum pernah melihat kapal sebesar itu sedekat ini," kata María Isabel Quesada (50) dari Old Havana.
"Sebagai orang Kuba, saya merasa aman, saya merasa puas, yakin memiliki hubungan yang sangat indah antara kedua negara kita," katanya.