4 Pelajaran Parenting yang Bisa Diadopsi Usai Nonton Film Dilan 1983: Wo Ai Ni

JAKARTA - Film Dilan 1983: Wo Ai Ni bakal tayang di bioskop mulai 13 Juni. Film garapan Fajar Bustomi dan Pidi Bais ini menceritakan tentang kisah percintaan Dilan semasa anak-anak yang penuh keseruan.

Tahun 1983, setelah satu setengah tahun tinggal di Timor Timur, Dilan kembali ke Bandung. Dilan pun kembali bertemu dengan teman-teman lamanya di SD tempat dulu dia sekolah.

Ada pula murid baru pindahan dari Semarang bernama Mei Lien, gadis keturunan Tionghoa. Mei Lien telah membuat Dilan terdorong untuk belajar bahasa Mandarin dan tertarik membaca buku yang membahas tentang China.

Menonton film ini dari kaca mata orangtua memberikan banyak pelajaran secara tidak langsung. Bagaimana Ayah Bunda Dilan yang diperankan oleh Ira Wibowo dan Pucek Depp adalah cermin kondisi ideal yang sebenarnya diinginkan orangtua ketika mendidik anak.

Berikut 4 pelajaran parenting yang bisa diadopsi usai nonton film Dilan 1983: Wo Ai Ni.

1. Sabar

Banyak teori yang menyatakan bahwa orangtua harus sabar menghadapi tumbuh kembang anak. Setiap fase usia anak memiliki tantangan masing-masing. Film Dilan 1983: Wo Ai Ni ini menunjukkan bagaimana kesabaran dilakukan oleh Bunda dan Ayah Dilan.

"Kita lihat betapa nyelehnya Dilan, dari film ini kita lihat sumbernya. Orangtua caranya mendidik dengan sabar. Memberi kebebasan tapi langsung dikasih tanggung jawab," ujar Ira Wibowo. 

2. Dengarkan Anak

Bukan Dilan kiranya jika tidak bertingkah tengil. Meskipun masih kecil, Dilan sudah sering mendapat masalah. Beberapa adegan membuat penonton akan merasa geram.

Tapi Pidi Baiq menunjukkan cara validasi perasaan anak, jangan langsung marah ketika anak berulah. Dengarkan alasan anak sebelum memutuskan reaksi apa yang harus dilakukan.

3. Beri Pelukan dan Pujian

Setiap anak suka mendapat pelukan dan pujian. Dari awal film Dilan 1983: Wo Ai Ni memberikan perasaan hangat ketika orangtua tak canggung memberikan pelukan dan pujian.

4. Ilmu yang Utama

Pengulangan adegan sekolah dan mengaji menegaskan bahwa pendidikan adalah hal yang penting. Selain itu, ada penegasan bahwa membaca adalah jendela dunia. Tak heran jika film ini mendapat label semua umur dari Lembaga Sensor Film.