Alasan Kenapa Love Bombing Berbahaya dan Mengenal Ciri-cirinya
YOGYAKARTA – Love bombing adalah perhatian dan kasih sayang yang diberikan secara berlebihan dengan maksud tertentu. Meski berselimut kasih sayang, cinta, dan perhatian. Pakar kesehatan menjelaskan bahwa perasaan-perasaan tersebut dapat digunakan tidak sebagaimana mestinya. Itulah kenapa love bombing bisa berbahaya.
Alasan kenapa berbahaya, diberikan perhatian dan kasih sayang tentu saja membikin terlena. Kadang kesalahan yang merugikan bisa dihitung impas karena ditukar dengan ekspresi cinta bertubi-tubi. Yang bikin bahaya, pelaku love bombing bisa mengendalikan Anda. Melansir VerywellMind, Kamis, 6 Juni, love bombing sering kali terjadi di awal suatu hubungan.
Pada fase awal hubungan, pasangan saling mengenal satu sama lain. Awalnya menganggap orang baru sebagai seseorang yang menawan dan penuh perhatian. Ia memuji secara berlebihan dan tampaknya cepat terikat secara emosional. Love bombing terjadi saat masa-masa rentan. Misalnya saat pasangan memohon maaf atau menutupi kesalahan. Seperti dengan memberikan hadiah, belikan tujuh lusin mawah, dan lainnya.
Love bombing, umumnya terjadi dalam tiga tahap atau fase. Yaitu idealisasi, devaluasi, dan pembuangan. Tahap idealisasi, tanda umumnya seseorang melakukan love bombing tidak setengah-setengah. Tahap devaluasi, tandanya sekejap bersikap baik kemudian merah-marah atau terjadi mood swing. Mereka cukup cerdas untuk menunjukkan kasih sayang di depan umum sehingga orang lain menganggap mereka hebat, tetapi bisa berubah menjadi kasar, terutama secara pribadi.
Baca juga:
Fase terakhir, atau fase discard, biasanya ketika pelaku love bombing mendapatkan konfrontasi, mereka akan memutus atau mengakhiri hubungan. Menurut hasil penelitian, secara empiris pelaku love bombing ada korelasinya dengan narsisme dan gaya kelekatan yang tidak aman atau insecure.
Seseorang yang menerima perlakuan love bombing, mungkin tidak menyadarinya secara langsung. Untuk mengidentifikasi apakah itu love bombing atau kasih yang tulus, bisa dikenali dari bagaimana yang dirasakan. Karena menghujani cinta dan kasih memiliki tujuan, dalam konteks love bombing, bisa dikenali ketika terasa mengikat, harus memberikan kompensasi pada perlakuan buruk, takut berpisah, takut ditinggalkan, atau ingin dipandang sebagai pahlawan.
Menurut Dr. Amy E. Keller, PsyD., MFT., dalam hubungan penuh kasih, seseorang diperbolehkan berdiskusi tentang perubahan pikiran, meminta waktu, dan menceritakan ketakutan serta kekhawatirannya kepada pasangannya. Dengan begitu, tidak satu orang dari pasangan saja yang mendominasi dan melancarkan perilaku love bombing tetapi bisa menemukan solusi bersama-sama.