6 Alasan di Balik Sulitnya Melepas Diri dari Hubungan Toxic

JAKARTA - Menjalin hubungan toxic dengan seseorang bisa menyebabkan Anda  mengorbankan sebagian kecil diri hingga pada akhirnya sulit mengenali diri sendiri. Lambat laun, Anda akan kehilangan harga diri, intuisi, dan rasa percaya diri. Hubungan toxic tidak hanya menggambarkan ketidakcocokan Anda dan pasangan. Tapi juga bisa sebabkan kehilangan jati diri demi mempertahankan hubungan. 

Biasanya jika sudah begini, seseorang akan merasa enggan meninggalkan hubungan tersebut. Sejumlah alasan, mulai dari sulit move on hingga terjebak terlalu jauh di dalamnya jadi penyebab. Selain itu ada juga beberapa alasan lain. Mari simak selengkapnya dilansir dari Psychology Today, Rabu, 5 Juni. 

Kecanduan fase naik turun dalam hubungan

Hubungan toxic memiliki dinamika yang tidak tetap. Terkadang hubungan terasa menyenangkan, di lain waktu menyengsarakan. Saat berada di atas, suasana hati Anda ikut meningkat, pun begitu sebaliknya jika di bawah.

Naik turunnya perasaan ini akan dianggap sebagai gairah dan chemistry yang kuat. Dan, saat rollercoaster emosional berakhir alih-alih merasa lega Anda justru merindukan momen pertengkaran. Hingga pada akhirnya Anda bergantung pada fase naik turun emosional dengan si dia. 

Move on dapat sebabkan luka lama terbuka kembali

Bagi banyak orang, kesulitan untuk move on dari hubungan yang tidak sehat bisa mengingatkan kembali akan luka masa lalu. Entah berakar pada patah hati di masa lalu atau pengalaman menyakitkan di masa kanak-kanak, hubungan yang tidak sehat dapat menjadi pengingat akan rasa sakit yang pernah dilalami.

Harga dan rasa percaya diri mulai menurun

Hubungan toxic seringkali membuat seseorang mempertanyakan dan meragukan diri sendiri. Jika Anda tidak merasa diterima oleh pasangan, namun malah meremehkan dan menghakimi diri. Lama kelamaan justru dapat menghilangkan rasa percaya diri.

Hubungan toxic biasanya mengikis harga diri seiring berjalannya waktu, dan akibatnya Anda mulai mengandalkan pasangan untuk mendapatkan validasi. Melepaskan diri dari dinamika ini memaksa Anda menghadapi sisi lemah diri dan pendapat yang dimiliki tentang diri Anda.

Terus menerus menyalahkan diri sendiri

Dalam hubungan toksik, Anda akan disalahkan atas hancurnya hubungan. Anda seakan-akan sulit membela diri dan menerima semua tuduhan yang diberikan pada Anda. Lama kelamaan, Anda akan diminta bertanggung jawab atas tindakan orang lain.

Jauh dari teman dan keluarga

Jika Anda pernah terlibat dalam hubungan toxic sebelumnya, kemungkinan besar orang-orang yang peduli pada Anda (jika mereka mengetahui apa yang sedang terjadi) menyatakan keprihatinannya. Jika kekhawatiran tersebut tidak diatasi, hal ini mungkin akan menimbulkan keretakan antara Anda dan teman atau keluarga.

Masih berhubungan dengan mantan atau stalking media sosial

Jika mantan bersifat manipulatif, mengontrol, atau meremehkan dan Anda masih berhubungan dengannya atau mengikuti dia di media sosial. Maka dia akan melibatkan Anda kembali dalam dinamika hubungan toxic. J

Jika berada dalam kondisi pikiran yang rentan, hal ini bisa menjadi pengingat akan hubungan yang Anda miliki. Sekaligus membuat Anda mempertahankan harapan palsu bahwa suatu hari nanti Anda dan si dia akan berhubungan kembali. Pada akhirnya, tetap berhubungan dengan mantan atau berinteraksi dengannya di media sosial dapat menghambat proses move on.