Dukung Papua Selatan Jadi Pusat Industri Gula, Wapres: 2023 Impor Sampai 6 Juta Ton
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mendukung Provinsi Papua Selatan menjadi salah satu pusat industri gula lantaran kebutuhan gula nasional masih ditopang impor yang jumlahnya terus bertambah setiap tahun.
"Tiap tahun naik terus bahkan pada 2023 sampai 6 juta ton impor. Diperkirakan 2045 itu penduduk kita mencapai 300 juta orang. Jadi, semakin banyak kita impor maka kita ingin Merauke ini kita kembangkan sebagai pusat pertanian, perkebunan, termasuk tebu," kata Wapres memberi keterangan pers setelah meninjau Kawasan Perkebunan Tebu Sermayam di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, Selasa 4 Juni, disitat Antara.
Di lokasi tersebut, Wapres meninjau secara langsung laboratorium investasi pilot project perkebunan tebu dan green house.
Oleh karena itu, Wapres mengharapkan pengembangan perkebunan tebu, khususnya di Merauke dapat berhasil, bahkan hingga memiliki kadar gula (rendemen) di atas 11 persen seperti Australia.
"Australia sudah berhasil mengembangkan pabrik gula melalui penanaman tebu di sana. Bahkan, rendemennya sudah sampai pada 11-12 persen. Nah kita di Jawa Timur itu baru sampai 6-7 persen. Kalau (program) ini berhasil, ini (Merauke) akan menjadi lumbung (pangan) mengenai pertanian kita, perkebunan kita, di bidang salah satunya tebu, di samping beras," ungkapnya.
Saat menyampaikan paparan, pimpinan proyek PT Global Papua Abadi (GPA) Totok Lestyo melaporkan bahwa di kawasan Perkebunan Tebu Sermayam nantinya dibangun pabrik gula dan bioetanol.
"Di sini rencana kita akan membuat 2,6 juta ton gula dan 244 juta liter bioetanol di Kabupaten Merauke, Papua Selatan," ujar Wapres.
Bahkan lebih dari itu, lanjut Totok, Papua Selatan pada perencanaan 2025-2029 diproyeksikan menjadi pusat pertanian, perkebunan, kelautan dan pariwisata.
"Jadi, Papua Selatan jangka panjangnya pasti maju," ujar Toto.
Terkait pengembangan perkebunan tebu, ia menyampaikan bahwa wilayah Merauke tergolong baru untuk budidaya tebu sehingga memerlukan benih unggul. Untuk itu, pihaknya telah mendatangkan bibit dari Jawa Timur dan Australia untuk diteliti agar bisa ditanam dan dikembangkan di Merauke.
"Bibit mana yang pas dengan iklim, temperatur, dan curah hujan di wilayah Merauke. Kita sedang mencari," tuturnya.
Lebih lanjut, Totok menuturkan bahwa pada dasarnya kondisi alam Papua Selatan potensial untuk mengembangkan tebu. Salah satunya karena memiliki iklim dan cuaca yang terpengaruh oleh Australia yang telah terbukti sukses dalam pengembangan perkebunan tebu.
"Australia itu sukses sekali di dalam riset tebu. Kami yakin mungkin lima tahun lagi atau beberapa tahun lagi kita akan sama dengan kesuksesan Australia," ujar Totok.
Diketahui, pengembangan kawasan Perkebunan Tebu Sermayam merupakan proyek strategis nasional (PSN) untuk mendukung percepatan swasembada gula nasional dan bioetanol sebagai bahan bakar nabati.
Kawasan perkebunan yang dikelola PT GPA tersebut mencakup wilayah seluas 506 hektare dengan nilai investasi sebesar Rp53,8 triliun.
Rencananya, lima pabrik gula dibangun di Merauke untuk mengolah tebu yang mencakup lahan seluas 490.000 hektare dalam satu ekosistem rantai pasok.
Untuk mendukung hal ini, GPA juga membangun fasilitas laboratorium di lokasi kebun pembibitan yang menunjang riset dan kultur jaringan untuk menghasilkan bibit tebu unggul dan berkualitas serta berfungsi sebagai pusat riset tebu.
Baca juga:
Kawasan Penelitian dan Laboratorium Bibit Tebu di Sermayan merupakan areal untuk penelitian tumbuh kembang varietas bibit tebu asal Australia.
GPA bekerja sama dengan Sugar Research Australia dan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) untuk mendapatkan bibit-bibit unggul yang cocok untuk dikembangkan di Merauke dan mempunyai produktivitas tinggi sehingga mendukung produksi gula sesuai target secara optimal.
GPA juga bekerja sama dengan lembaga pendidikan di Merauke untuk melakukan pelatihan terhadap lulusan baru maupun tenaga lokal.
Bibit terpilih kemudian ditiumbuhkembangkan dan diperbanyak di kebun induk di kawasan perkebunan GPA di wilayah Jagebob, Kabupaten Merauke di mana saat ini masih proses land clearing.
Ke depan, produksi tebu komersial itu akan dikembangkan mulai 2025-2026 dan pabrik perkebunan tebu GPA diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2027 dengan produksi sesuai target.