Tren Penurunan Ekonomi Indonesia: Pertanian dan Jasa Mandek, Manufaktur Belum Siap Bersaing Global
JAKARTA - Dibandingkan dengan masa sebelum krisis ekonomi Asia pada 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih rendah setelah memasuki periode 2000-an. Sepanjang tahun 2000-2018, perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata 5,3 persen pertahun, lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan 7,0 persen pada 1980-1997.
Demikian laporan Kementerian PPN/Bappenas dalam 'Diagnosis Pertumbuhan Indonesia: Prioritas Strategi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi' yang dirilis pekan ini.
Disebutkan, kinerja pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya menyebabkan Indonesia tidak mampu mengejar dengan cepat tingkat kesejahteraan, yang digambarkan oleh tingkat produk domestik bruto (PDB) perkapita, negara tetangga.
Penurunan gap antara PDB perkapita Indonesia dengan Malaysia dan Thailand cenderung stagnan dalam satu dekade terakhir. Vietnam dan Filipina bahkan mampu mulai mengejar tingkat PDB perkapita Indonesia.
Sementara itu, China mampu meningkatkan PDB perkapitanya hingga lebih dari dua kali lipat hanya dalam sepuluh tahun.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh faktor struktural, bukan siklikal. Artinya perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh turunnya kapasitas produktif ekonomi Indonesia yang ditunjukkan oleh output potensial.
Bappenas sendiri menunjukkan PDB potensial saat ini berada pada kisaran 5,1-5,3 persen dengan tren yang menurun. Di saat yang bersamaan, Indonesia didorong untuk dapat menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca juga:
“Indonesia dapat masuk menjadi negara berpendapatan tinggi dalam dua dekade ke depan, tetapi dengan syarat pertumbuhan ekonomi tumbuh di atas lima persen. Untuk dapat mencapai target tersebut, dibutuhkan kebijakan reformasi struktural yang tepat dan berkelanjutan,” ujar lembaga pimpinan Suharso Monoarfa itu.
Permasalahan produktivitas
Salah satu alasan utama penurunan pertumbuhan PDB potensial adalah rendahnya pertumbuhan produktivitas. Rendahnya produktivitas terutama terjadi di sektor pertanian dan jasa.
Produktivitas yang rendah di sektor pertanian dan jasa menunjukkan adanya permasalahan pada proses transformasi struktural di Indonesia. Pada proses transformasi struktural yang ideal, suatu negara akan mengalami proses transisi dari awalnya didominasi oleh pertanian, kemudian beralih ke sektor manufaktur, setelah itu jasa.
Sektor manufaktur Indonesia lebih produktif daripada sektor ekonomi lainnya, tetapi masih belum cukup produktif untuk bersaing secara global. Indonesia telah ketinggalan dalam hal membuat produk yang lebih kompleks yang membutuhkan teknologi yang lebih maju. Hanya ada sedikit diversifikasi ekspor dalam beberapa dekade terakhir.
Sebagai contoh, 50 tahun yang lalu, ekspor Thailand dan Malaysia juga didominasi komoditas, tetapi sejak itu mereka telah berhasil melakukan diversifikasi. Saat ini ekspor mereka didominasi oleh produk-produk manufaktur, terutama elektronik.