Banyak Konten Negatif, Rusia Sengaja Bikin Lambat Akses Twitter
JAKARTA - Rusia merasa geram dengan maraknya konten negatif yang beredar di Twitter. Apalagi Twitter tak juga menghapus konten-konten tersebut dari lini massa Rusia.
Melansir Reuters, perlambatan akses internet atau throttle resmi diumumkan Menteri Regulasi Telekomunikasi Rusia, Roskomnadzor, sejak Rabu, 10 Maret.
"Perlambatan ini akan diterapkan ke 100 persen perangkat mobile dan 50 persen perangkat non-mobile," kata Roskomnadzor.
Rusia beberapa minggu lalu menuduh Twitter dan platform lainnya gagal menghapus konten ilegal, yang mengajak anak-anak untuk ikut protes anti-Kremlin. Konten ilegal tersebut mengandung unsur pornografi anak, penyalahgunaan obat dan mengajak anak untuk bunuh diri.
Politik dalam negeri Rusia akhir-akhir ini sedang memanas, beberapa waktu lalu muncul protes atas penangkapan pengkritik pemerintah Alexei Navalny. Roskomnadzor mengatakan ada lebih dari 3.000 konten ilegal di Twitter yang tetap ada meski pun selama bertahun-tahun sudah diminta untuk dihapus.
"Jika (Twitter) terus mengabaikan persyaratan yang ada di undang-undang, penegakan hukum akan terus berlanjut (hingga pemblokiran)," kata Roskomnadzor.
Baca juga:
- Vladimir Putin Seret Twitter, Facebook, dan TikTok ke Meja Hijau
- Rusia Mau Bangun Stasiun Luar Angkasa di Bulan Bersama China, Terbuka untuk Semua Negara
- Rusia Lebih Pilih China Ketimbang NASA Buat Proyek Stasiun Antariksa di Bulan
- 11 Maret dalam Sejarah: Terpilihnya Gorbachev sebagai Pemimpin Terakhir Uni Soviet
Rusia menuntut lima platform media sosial, salah satunya Twitter, karena tidak menghapus konten yang mengajak anak-anak ikut protes ilegal. Menanggapi aksi Rusia, Twitter mengkhawatirkan dampaknya terhadap kebebasan berekspresi dan membantah platform tersebut mendukung perilaku ilegal.
"Kami tetap berkomitmen mengadvokasi Internet Terbuka di seluruh dunia dan sangat mengkhawatirkan usaha yang semakin meningkat untuk memblokir dan memperlambat percakapan publik dalam jaringan," kata Twitter.
Twitter mengatakan mereka tidak menoleransi eksploitasi seksual anak-anak dan tidak juga mendukung aksi bunuh diri dan menyakiti diri sendiri.