Rusia Mengonfirmasi Laporan Prancis Bersiap Mengirim Pasukan ke Ukraina
JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan dalam pengarahan Hari Rabu, laporan tentang Prancis yang bersiap mengirim pasukan ke Ukraina telah dikonfirmasi.
"Konfirmasi masuk atas laporan bahwa Prancis bersiap mengirim pasukannya ke Ukraina. Saya ingin menunjukkan bahwa kami mengumumkan laporan tersebut pada tanggal 3 April. Meskipun Paris berusaha menyembunyikan keterlibatan tentara profesionalnya dalam konflik tersebut, rezim Kyiv sengaja mempromosikan perkembangan tersebut untuk sekali lagi mengklaim dukungan internasional yang luas dan memperkuat kampanye mobilisasi yang gagal," jelasnya, dilansir dari TASS 31 Mei.
Lebih lanjut, Zakharova menunjuk pada dokumen yang ditandatangani oleh Alexander Syrsky, panglima tertinggi angkatan bersenjata Ukraina, yang memberikan hak hukum kepada instruktur Prancis untuk mengunjungi pusat pelatihan tentara Ukraina.
"Sekarang, Istana Elysee harus mengomentari informasi ini alih-alih bersembunyi di balik kata-kata yang tidak jelas," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Secara teknis, yang disebut instruktur diperlukan untuk mengarahkan rudal SCALP jarak jauh, yang sulit digunakan, ke sasaran," tambahnya.
Terpisah, tiga sumber diplomatik mengatakan, Prancis akan segera mengirim pelatih militer ke Ukraina meskipun ada kekhawatiran dari beberapa sekutu dan kritik dari Rusia, rencana yang mungkin akan mengumumkan keputusannya minggu depan selama kunjungan Presiden Ukraina.
Para diplomat mengatakan, Paris berharap untuk membentuk dan memimpin koalisi negara-negara yang menawarkan bantuan tersebut untuk upaya perang Kyiv, meskipun beberapa mitra Uni Eropa-nya khawatir hal itu dapat membuat konflik langsung dengan Rusia lebih mungkin terjadi.
Prancis awalnya akan mengirim sejumlah kecil personel untuk menilai modalitas misi sebelum mengirim beberapa ratus pelatih, kata dua diplomat, dikutip dari Reuters.
Pelatihan akan berpusat pada pembersihan ranjau, menjaga peralatan operasional dan keahlian teknis untuk pesawat tempur disediakan oleh Barat, kata mereka. Paris juga akan membiayai, mempersenjatai dan melatih brigade bermotor Ukraina.
"Pengaturannya sangat maju dan kami dapat mengharapkan sesuatu minggu depan," kata salah satu sumber.
Diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dijadwalkan tiba di Prancis pada 6 Juni, tepat saat peringatan 80 tahun D-Day, saat tentara Sekutu mendarat di Normandia untuk mengusir pasukan Nazi Jerman selama Perang Dunia Kedua. Ia akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris keesokan harinya.
Pada Hari Senin, panglima tertinggi Ukraina mengatakan telah menandatangani dokumen yang mengizinkan instruktur militer Prancis untuk segera mengunjungi pusat pelatihan Ukraina.
Baca juga:
- Catat Sejarah Jadi Mantan Presiden Pertama AS yang Dinyatakan Bersalah, Trump: Ini Memalukan
- Puji Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa AS, Khamenei Iran: Anda Berdiri di Sisi yang Benar dalam Sejarah
- Iran Buka Pendaftaran Bakal Calon Presiden, Diprediksi Ada Mohammad Mokhber hingga Penasihat Khamenei
- Serukan Pembentukan Negara Palestina yang Merdeka, Presiden Xi Jinping: Perang Tidak Boleh Berlanjut
Sedangkan Kementerian Pertahanan Ukraina, dalam sebuah "klarifikasi", mengatakan Kyiv telah menyatakan minatnya pada sebuah proyek yang melibatkan penerimaan instruktur asing sejak Februari.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan kehadiran militer Prancis reguler di Ukraina sebagai langkah menuju konflik global.
Sejauh ini, Prancis telah melatih sekitar 10.000 tentara Ukraina sejak Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari 2022, tetapi dilakukan di dalam wilayah Uni Eropa. Misi baru tersebut tidak akan berada di bawah naungan UE atau NATO, kata para diplomat.