Menperin Agus: Investor Tunggu Kepastian Kelanjutan Program HGBT

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengharapkan kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) tetap berlanjut setelah 2024.

Insentif tersebut menjadi stimulus penting untuk mendorong investasi masuk ke Indonesia.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, realisasi investasi sejak HGBT diberlakukan meningkat. Meski terjadi pelemahan lantaran adanya kendala dari sisi hulu atau pemasok gas industri.

"Banyak juga para calon investor yang masih menunggu apakah kebijakan HGBT ini akan dilanjutkan? Karena ini insentif yang sangat menarik sebetulnya. Salah satu kunci untuk maju adalah syaratnya harga gas," ujar Agus dalam keterangan resmi yang diterima VOI, Kamis, 30 Mei.

Diketahui, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 121 Tahun 2020 menyebut harga gas bumi tertentu berlaku sebesar 6 dolar AS per MMBTU untuk 7 subsektor industri. Agus memastikan, regulasi tersebut masih aktif dan seharusnya diterapkan.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan 7 subsektor industri masih menghadapi kendala tersendatnya pasokan gas lantaran kebijakan kuota harian dari pemasok gas, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk. (PGAS).

"Jadi, saya tidak mengerti kalau ada bagian dari pemerintah yang tidak mau mengikuti Perpres itu dengan segala alasannya, walaupun kami berani untuk mematahkan alasan tersebut. Artinya, ini perlu koordinasi yang kuat," katanya.

Berdasarkan data Kemenperin, HGBT telah memberikan dampak terhadap sektor industri berupa nilai tambah yang meningkat hingga tiga kali lipat dengan nilai mencapai Rp147,1 triliun per Maret 2024.

Di lain sisi, realisasi pajak industri juga meningkat dari 2020 setelah HGBT diberlakukan.

Adapun pada 2020 nilai setoran pajak industri sebesar Rp27,9 triliun naik menjadi Rp31,9 triliun pada 2021. Kemudian, nilainya melonjak ke Rp49,7 triliun pada 2022.

Sementara itu, dari sisi realisasi investasi 7 subsektor meningkat, semula Rp52,38 triliun pada 2020 menjadi Rp57,6 triliun pada 2021. Selanjutnya pada 2022 senilai Rp73,4 triliun.

"Kenapa ini terus-menerus kami angkat? Karena berdasarkan data yang ada, program HGBT ini sangat membantu industri manufaktur khususnya 7 subsektor yang sudah mendapat manfaat dari program HGBT," ungkapnya.