Usai Insiden Turbulensi Maut, Singapore Airlines Ubah Rute Terbang hingga Kebijakan Tanda Sabuk Pengaman
JAKARTA - Maskapai Singapore Airlines mengubah tanda kebijakan pada sabuk pengaman sesuai turbulensi hebat hingga harus mendarat darurat di Thailand dan menewaskan satu orang. Tak hanya itu, maskapai Singapura itu juga mengubah rute penerbangan dari London-Singapura.
Melansir ANTARA, Jumat 24 Mei, Singapore Airlines kini mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati terhadap turbulensi, termasuk tak menyajikan makanan dan minuman terlebih yang panas ketika tanda sabuk pengaman menyala.
“SIA akan terus meninjau karena keselamatan penumpang dan awak kami adalah yang paling penting,” katanya.
Sebelumnya, penerbangan SQ321 London-Singapura dengan Boeing 777-300ER yang membawa 211 penumpang dan 18 awak dialihkan ke Bangkok untuk pendaratan darurat pada Selasa (20/5/2024) setelah pesawat mengalami turbulensi yang menghempaskan penumpang dan awak kabin. Bahkan, beberapa di antaranya membentur langit-langit pesawat.
Rute harian London ke Singapura SQ321 telah menyelesaikan dua penerbangan sejak kejadian itu. Pesawat tidak lagi terbang melintasi wilayah Myanmar, yang menjadi lokasi ketika turbulensi mendadak terjadi atau sekitar tiga jam sebelum jadwal pendaratan.
Meskipun waktu penerbangan hampir sama, data rute dari pelacak penerbangan FlightRadar 24 menunjuk Singapore Airlines terbang di atas Teluk Benggala dan Laut Andaman.
Singapore Airlines mengatakan pesawat pada Selasa tiba-tiba mengalami turbulensi ekstrem hingga menyebabkan seorang penumpang berkebangsaan Inggris (73) meninggal karena dugaan serangan jantung.
Foto-foto dari dalam pesawat menunjukkan adanya luka di panel kabin atas, masker oksigen, dan panel tergantung di langit-langit, serta bagasi berserakan. Seorang penumpang mengatakan kepala beberapa orang terbentur lampu di atas kursi dan merusak panel.
46 penumpang dan dua awak dirawat di rumah sakit di Bangkok dan 19 orang lainnya masih berada di Bangkok.
Baca juga:
20 dari 46 korban masih dalam perawatan intensif dengan korban mengalami luka gabungan, yakni cedera sumsum tulang belakang, otak, dan tengkorak.
Singapore Airlines, yang dikenal luas sebagai salah satu maskapai penerbangan terkemuka di dunia dan dipandang sebagai acuan bagi sebagian besar industri penerbangan. Maskapai ini tidak mengalami insiden besar apa pun dalam beberapa tahun terakhir.