Israel Setujui Permintaan Khusus Amerika Serikat untuk Memfasilitasi Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
JAKARTA - Otoritas Israel menyampaikan pemikiran terbaru tentang potensi serangan ke Rafah dalam pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan, di mana pihak AS mengajukan banyak "pertanyaan sulit," menurut seorang pejabat senior Gedung Putih.
Pejabat tersebut mencatat, kedua belah pihak akan melanjutkan diskusi tersebut, namun Israel telah mempertimbangkan masukan dan kekhawatiran Washington ketika mereka terus menjalankan rencana tersebut, sementara kedua belah pihak memiliki tujuan bersama untuk menghancurkan Hamas.
Sebagai bagian dari diskusi AS dengan Israel, para pejabat AS juga membuat serangkaian "permintaan khusus" sehubungan dengan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina yang telah mereka sepakati untuk dilaksanakan, menurut pejabat tersebut.
Salah satu permintaan tersebut termasuk membantu memfasilitasi distribusi bantuan dengan membuat Israel setuju untuk mengizinkan bantuan yang dipindai di Siprus dikirim langsung ke pelabuhan Ashdod di Israel, melewati Mesir.
"Saya pikir perundingan tersebut cukup konstruktif dan sekarang kami ingin melihat beberapa hal yang disepakati terjadi di sini dalam beberapa hari mendatang," kata pejabat itu, melansir CNN 22 Mei.
Pejabat tersebut mengungkapkan, baru hari ini, lebih dari 370 paket bantuan didistribusikan di Gaza, menurut pejabat tersebut.
Baca juga:
- Sebut Presiden Baru Taiwan "Memalukan", Menlu Wang Yi: Tidak Ada yang Bisa Menghentikan Reunifikasi
- Ayatollah Ali Khamenei Pimpin Salat Jenazah Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Seluruh Korban di Universitas Teheran
- Selamat dari Kecelakaan Maut, Kepala Staf Kepresidenan Iran: Cuaca Normal saat Lepas Landas, Hilang Setelah Hindari Awan
- Amnesty International: Permohonan Surat Perintah Penangkapan ICC Langkah Penting Menuju Keadilan
Setelah diskusi tersebut, terlihat jelas proses "masih berlangsung" untuk merekonsiliasi seperti apa sebenarnya fase dua negara pasca-konflik setelah pertempuran selesai, ketika Negeri Paman Sam mendiskusikan gagasan ini dengan negara-negara Arab lainnya dan Israel, kata pejabat itu.
"Bagaimana hasilnya pada akhirnya, saya hanya tidak ingin mendahuluinya karena ada begitu banyak ide yang berbeda. Itulah salah satu alasan mengapa hal ini begitu rumit. Ada gagasan berbeda di Israel, ada pula gagasan berbeda di ibu kota Arab yang berbeda. Tapi menurut saya, kita sudah mulai memahami konsep yang tampaknya bisa dijalankan. Dan hal semacam itu memenuhi kepentingan dan pandangan banyak konstituen berbeda di sini," katanya.