Ekonomi Indonesia Tumbuh Positif, Sri Mulyani Berharap Program Hilirisasi Dapat Terus Berlanjut
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, upaya akselerasi pertumbuhan ekonomi ke depan melalui program hilirisasi perlu terus dilanjutkan dan diperluas. Sehingga tidak hanya dalam bentuk pengolahan bahan mentah tetapi juga mengarah pada pengembangan industri yang lebih hilir.
Oleh sebab itu, menurut Sri Mulyani dapat menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, termasuk semakin memperkuat ekspor dan peran Indonesia dalam rantai pasok global serta memperkokoh struktur industri di dalam negeri.
Menurut Sri Mulyani program hilirisasi lanjutan dan perluasannya juga diharapkan dapat menyediakan lapangan kerja yang lebih besar dengan upah yang jauh lebih layak.
"Keberhasilan nikel dapat menjadi contoh bagi hilirisasi hasil mineral lain seperti tembaga," tuturnya dalam pidato pengantar Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) saat rapat paripurna DPR, Senin, 20 Mei.
Sri Mulyani mengatakan, hilirisasi tembaga tidak boleh berhenti pada produk katoda, namun untuk pengembangan industri kabel yang memiliki nilai tambah jauh lebih besar dengan potensi rantai pasok global yang lebih luas.
"Demikian halnya upaya pengembangan industri electric vehicle dan baterai perlu konsisten dilanjutkan," tuturnya.
Sri Mulyani menyampaikan upaya percepatan reformasi struktural ekonomi melalui strategi hilirisasi terutama Sumber Daya Alam (SDA) terbukti mampu memperkuat kinerja ekspor Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Khususnya disumbang dari kinerja ekspor dari sisi hilirisasi nikel dan minyak mentah kelapa sawit atau CPO.
Sementara, dari sisi nilai ekspor pada 2022 telah mencapai 292 miliar dolar AS, meningkat dari nilai ekspor pada 2014 sebesar 176 miliar dolar AS. Adapun realisasi nilai ekspor pada 2022 merupakan rekor tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Adapun pada 2022, surplus neraca perdagangan juga mencatatkan rekor tertinggi sebesar 54,5 miliar dolar AS. Nilai itu mampu memutar balikkan kondisi defisit neraca perdagangan pada 2014 yang sebesar 2,2 miliar dolar AS.
Baca juga:
Sri Mulyani menyampaikan lonjakan tajam dari kinerja ekspor terutama disumbang dari produk hilirisasi, utamanya produk nikel dan CPO.
"Di tahun 2023, posisi neraca perdagangan memang sedikit menurun akibat pelemahan ekonomi dan turunnya harga komoditas, namun masih mencatatkan surplus cukup besar, 36,9 miliar dolar AS," tuturnya
Selain itu, Sri Mulyani menyampaikan hilirisasi juga berhasil menciptakan sumber pertumbuhan baru di luar Pulau Jawa. Provinsi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara bertumbuh secara signifikan ditopang hilirisasi nikel, di mana di tahun 2023, masing-masing tumbuh 6,4 persen dan 6,9 persen, jauh lebih tinggi di atas pertumbuhan nasional yang sebesar 5,05 persen.