Harga Komoditas Naik, Ruang Fiskal Pemerintah Berpotensi Melebar

JAKARTA - Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina memproyeksikan ruang fiskal pemerintah akan kembali longgar didorong kenaikan harga komoditas yang lebih tinggi pada beberapa waktu lalu.

“Kita melihat perkembangan, outlook harga komoditas yang lebih tinggi daripada awal tahun, akhir-akhir minggu ini ada kenaikan. Ini arusnya bisa menopang dari sisi penerimaan,” ujarnya dalam Mandiri Macroeconomic Outlook Selasa, 14 Mei 2024

Menurut Dian, faktor kenaikan harga komoditas mendorong kenaikan pendapatan pemerintah.

Adapun beberapa komoditas yang kembali menunjukkan tren kenaikan harga yaitu Crude Palm Oil (CPO), batu bara, dan nikel.

Senada, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan harga CPO pada 2023 per 13 Mei 2024 kembali naik 3,6 persen menjadi 826,4 dolar AS per metrik ton.

Kondisi tersebut terjadi pada harga komoditas batu bara.

“Batu bara tadinya di turun cukup dalam (2023), per 13 Mei 2024 turunnya hanya 1,4 persen. Jadi kalau dibandingkan, batu bara itu kembali ke arah 144,4 dolar AS per metrik ton,” tuturnya.

Selain itu, Andry mengatakan harga nikel juga mengalami kenaikan 14,3 persen menjadi 18.784 dolar AS per metrik ton.

Sementara harga emas naik 13,6 persen menjadi 2.344,4 dolar AS per ons.

Meski harga komoditas mengalami kenaikan, Andry menyampaikan, Indonesia juga perlu mewaspadai kenaikan harga minyak mentah dunia lantaran kondisi geopolitik global yang tak menentu yang berpotensi mengerek naik harga minyak mentah dunia.

“Di satu sisi memberikan pressure karena Indonesia importir minyak mentah terutama dari sisi fiskal, kompensasi yang diberikan akan semakin meningkat,” ujar dia.

Selain itu, Andry mengatakan, faktor lainnya yaitu perkembangan harga pangan lantaran faktor perubahan iklim dan biaya logistik dapat membuat harga komoditas pangan seperti beras, daging sapi, daging ayam mengalami kenaikan.

Sebab itu, menurut dia, perlu adanya mitigasi untuk mengatasi kenaikan harga komoditas pangan, lantaran jika tidak ada mitigasi yang dilakukan akan menggerus daya beli masyarakat.

“Ini akan menggerus daya beli kelompok bawah dan menengah bawah, ini akan terdampak dari kenaikan harga pangan ini,” ucapnya.