Survei Membuktikan, Masih Ada Perempuan Tak Masalah Suami Pukul Istri, Alasannya hingga Masakan Gosong
JAKARTA - Hasil survei menunjukkan masih ada perempuan yang tak mempersoalkan bila suami memukul istri.
Hasil survei ini dibeberkan Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Valentina Gintings. Mengutip survei demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Valentina mengatakan masih ada perempuan yang membenarkan tindakan suami memukul istri bila istri tidak melakukan kewajibannya.
"Salah satu pertanyaan di survei tersebut, apakah setuju seorang suami dibenarkan memukul istrinya karena keadaan tertentu," kata Valentina dalam webinar bertajuk "Perempuan, Berani Bicara” dikutip Antara, Selasa, 9 Maret
Hasilnya, kata dia, 32 persen perempuan usia 15 - 64 tahun menyatakan setuju bila suami memukul istri karena satu dari lima alasan. Sementara 17 persen laki-laki menyatakan setuju pada hal tersebut.
"Terbayang tidak masih ada perempuan yang membenarkan suami untuk memukul istri karena lima alasan itu? Kami tanya ke laki-laki, 17 persen pun setuju," katanya.
Alasan yang dimaksud dalam survei tersebut, kata Valentina, yang teratas yakni bila istri menelantarkan anak, kemudian berturut-turut hingga persentase terendah yakni pergi tanpa pamit, menolak hubungan seksual, membantah suami dan menghanguskan masakan.
Baca juga:
- Wali Kota Bima Arya Yakin Efek Vaksin Mulai Bekerja, Buktinya Tak Ada Nakes Bogor Kena COVID-19 per Awal Maret
- IDI: 61 Tenaga Kesehatan Meninggal pada Februari, Turun dari 167 Nakes di Januari
- Pelempar Botol ke Mulut Kuda Nil Ternyata Nenek Warga Cicalengka, Alasannya Sangat Receh
- Beralih Status Jadi ASN, Pegawai KPK Wajib Jalani Sejumlah Tes Termasuk Antiradikalisme
Kementerian PPPA, ditegaskan Valentina, terus berusaha menurunkan tingkat kekerasan terhadap perempuan Indonesia.
Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, yakni peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan, peningkatan peran ibu dan keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak.
Termasuk penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak, penurunan persentase anak yang bekerja dan pencegahan perkawinan anak, demikian Valentinas Gintings.