Changpeng Zhao Tetap Simpan Kripto Meski Masuk Bui
JAKARTA – Changpeng Zhao (CZ), pendiri dan mantan CEO Binance, menunjukkan tekadnya untuk tetap berkecimpung di dunia kripto meskipun dijatuhi hukuman penjara atas pelanggaran hukum AS di bursa aset digital terbesar di dunia.
Melalui platform media sosial X, Zhao menyapa para pengikutnya dan menjelaskan rencana-rencananya setelah menerima hukuman pada hari Selasa, 30 April 2024.
“Saya ingin berterima kasih kepada semua orang atas perhatian dan dukungan kalian, baik itu dengan menulis surat, menunjukkan dukungan di X, atau dalam bentuk lainnya. Semua itu sangat berarti bagi saya dan membuat saya tetap kuat. Saya akan menjalani masa ini, menyelesaikan bab ini, dan fokus pada bab berikutnya dalam hidup saya (pendidikan),” tulis Zhao.
Meskipun menghadapi situasi sulit, Zhao tetap teguh pada keyakinannya terhadap masa depan kripto. Dia menegaskan bahwa dia akan terus memegang aset kripto dan berkontribusi pada industri ini.
“Saya akan tetap menjadi investor pasif (dan pemegang) dalam kripto. Industri kita telah memasuki fase baru. Kepatuhan sangat penting,” ungkap Zhao.
“Satu hal positif dari seluruh proses ini adalah bahwa Binance telah berada di bawah perhatian mikroskop. Dan dana-dana aman (SAFU),” tambahnya.
Baca juga:
Pengunduran Diri CZ
Pada bulan November tahun lalu, Zhao mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO Binance setelah dia dan perusahaannya mengakui bersalah atas pelanggaran hukum anti-pencucian uang AS.
Pengacara Zhao memohon keringanan hukuman berupa masa percobaan, dengan alasan kliennya telah menerima tanggung jawab dan sudah dikenakan denda pidana sebesar $50 juta (sekitar Rp750 miliar). Namun, jaksa penuntut menuntut hukuman penjara selama tiga tahun untuk warga negara Kanada itu, dengan alasan perlu mencerminkan besarnya pelanggaran yang dilakukan.
Hakim Distrik AS Richard Jones akhirnya menjatuhkan hukuman empat bulan penjara kepada Zhao. Jones menilai bahwa Zhao gagal mengikuti regulasi meskipun memiliki “kekuatan finansial, keuangan, dan sumber daya manusia” untuk melakukannya, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.