Piala Thomas dan Uber 2024: Secercah Harapan untuk Regenerasi Bulu Tangkis Indonesia
JAKARTA – Piala Thomas dan Uber 2024 di China menjadi kesempatan emas bagi para pemain bulu tangkis muda Indonesia untuk unjuk gigi. Harapannya, regenerasi atlet tepok bulu ini bisa dipercepat.
Indonesia mengirim total 20 atlet bulu tangkis untuk berjuang di ajang dua tahunan tersebut yang digelar di Chengdu, China pada 27 April sampai 5 Mei 2024. Dari jumlah tersebut, tim Thomas dan Uber masing-masing memboyong 10 atlet dengan target juara bagi tim putra dan semifinal bagi tim putri.
Di ajang Thomas Uber tahun ini, terhadap sejumlah kejutan dengan munculnya beberapa penggawa muda.
Di sektor tunggal putra, ada Alwi Farhan yang menemani Jonathan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan Chico Aura Dwi Wardoyo. Alwi Farhan baru akan berusia 19 tahun pada 12 Mei mendatang.
Sedangkan di tim putri, pemain muda seperti Ester Nurumi Tri Wardoyo, Komang Ayu Cahya Dewi, dan Ruzana di sektor tunggal, serta Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Allesya Rose di sektor ganda.
Pasangan Trias dan Rachel merupakan pemain kelahiran 2004 dan saat ini menempati peringkat 34 dunia, sementara Komang Ayu, Ester, dan Ruzana masing-masing kelahiran 2002, 2004, dan 2005. Mereka bakal bahu membahu dengan pemain senior seperti Gregoria Mariska Tunjung dan Apriyani Rahayu.
Terlalu Lama Puasa Gelar
Memboyong pemain muda ke turnamen bergengsi sekelas Thomas dan Uber bukan tanpa risiko. Tapi, keputusan ini diambil sebagai upaya PBSI memperepat regenerasi, sebuah isu yang selama ini disebut-sebut menjadi penyebab mandeknya prestasi bulu tangkis Indonesia, utamanya di sektor putri.
Walau berstatus sebagai pemegang juara terbanyak dengan 14 gelar, penampilan tim putra di ajang Thomas Cup bisa dikatakan tidak konsisten selama dua dekade terakhir. Indonesia pernah mendominasi perebutan Piala Thomas dengan menjadi juara lima kali tanpa putus sejak 1994, 1996, 1998, 2000, dan 2002.
Tapi setelah itu, prestasi tim putra seperti terombang-ambing. Dari 10 edisi berikutnya, tim Thomas Indonesia hanya sekali mengangkat piala dari empat kesempatan melaju ke final, yakni pada edisi 2020.
Saat itu, Indonesia mengalahkan musuh bebuyutan mereka, China, dengan skor 3-0 dalam final di Aarhus, Denmark. Jonathan Christie dan kawan-kawan diharapkan mempertahankan gelar dua tahun kemudian, tapi di luar dugaan kalah telak 0-3 dari India, yang untuk pertama kalinya juara.
Nasib di tim putri lebih parah. Indonesia baru tiga kali menyabet tiga kali juara Uber, yaitu pada 1975 kemudian berturut-turut pada 1994 dan 1996. Di dua edisi terakhir ini, Indonesia masih diperkuat Mia Audina yang disebut-sebut sebagai suksesor seniornya, Susi Susanti. Sejak saat itu, tim Uber Indonesia tak pernah lagi mengibarkan bendera Merah Putih. Artinya, Uber Indonesia sudah puasa gelar selama 28 tahun.
Memberi Jam Terbang
Regenerasi atlet digadang-gadang menjadi masalah paling krusial di tengah prestasi bulu tangkis yang tak kunjung membaik, khususnya di sektor putri. Namun, isu tersebut sedang coba diperbaiki PBSI termasuk di ajang Thomas dan Uber tahun ini dengan memanggil para pemain muda.
Di partai pembuka penyisihan grup melawan Inggris, Indonesia memberi kepercayaan kepada Alwi Farhan untuk melakoni debutnya di Piala Thomas. Pemilik gelar juara dunia junior 2023 ini menekuk Cholan Kayan dua set langsung 21-15, 21-12.
Pun dengan ganda putri Rachel/Trias yang menekuk pasangan Hong Kong Lui Lok Lok/Ng Qing Yung melalui rubber game 21-16, 20-22, 21-18.
Manajer tim yang juga Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Ricky Soebagja memberikan pujian atas performa para pemain muda.
“Tidak mudah untuk pemain-pemain muda tampil di ajang beregu seperti ini tapi mereka berhasil keluar dari tekanan. Walau tetap ada catatan-catatan yang harus segera tim pelatih evaluasi,” ucap Ricky, disitat dari laman resmi PBSI.
Peraih Olimpiade 1996 ini menegaskan, memberi pengalaman dan jam terbang sebagai bagian dari regenerasi menjadi alasan Indonesia berani menurunkan pemain muda.
“PBSI memang selalu memberikan tempat bagi pemain-pemain muda berbakat dan berpotensi untuk mengisi tim Thomas dan Uber. Tujuannya memberikan jam terbang dan pengalaman untuk mereka sebagai bekal ke depan,” sahut pria 53 tahun itu.
“Oleh karena itu, setiap kesempatan yang diberikan harus benar-benar dilakukan dengan baik dengan memberikan yang maksimal. Regenerasi bulu tangkis Indonesia adalah program yang tidak boleh terhenti,” ungkapnya.
Baca juga:
Dengan menurunkan sejumlah pemain muda di event bergengsi sekelas Thomas Uber Cup, harapannya mereka dapat menjadi pelapis sepadan bagi para ujung tombak. Dengan begitu, mereka yang menjadi debutan di China sekarang ini diharapkan bisa menjadi andalan saat Olimpiade 2028.
“Saya sampaikan ke pelatih bahwa bagaimana kita sesegera mungkin untuk bisa percepatan pemain-pemain muda ini peningkatannya harus terlihat. Katakanlah misalnya yang masih peringkat ratusan bisa menembus 70-80 besar dunia, program jangka pendek, jangka panjangnya seperti apa atau bahkan 2028 mereka inilah yang harus tampil di Olimpiade,” terang Ricky.