Survei Terbaru di AS, Konsumen Menyukai Mobil Listrik Murah China dan Xiaomi Jadi Ancaman Baru

JAKARTA - Pameran otomotif China Auto Show 2024 (Beijing Auto Show) yang kini tengah berlangsung seakan membuka mata dunia betapa majunya industri mobil listrik China. Pengakuan pun datang dari berbagai pihak jika produsen mobil lokal China memiliki banyak mobil listrik yang murah dan berkualitas tinggi. 

Pengamat industri di AS mengatakan itu hanya masalah waktu sebelum perusahaan-perusahaan itu menargetkan Amerika Serikat.

Dalam survei baru-baru ini, dilansir dari InsideEVs, 30 April, perusahaan konsultan AlixPartners melakukan survei atas orang Amerika Serikat apakah mereka akan membeli kendaraan listrik merek China jika 20 persen lebih murah daripada mobil non-China namun spesifikasinya sebanding. Dari 73 persen responden menjawab ya.

Arun Kumar, petinggi di AlixPartners menyebut merek China yang mapan yang memiliki keunggulan teknologi, dan biaya kompetitif semuanya menambah masalah yang membayangi Ford dan Volkswagen. Dan ingat pula, China juga mendominasi pembuatan baterai.

"Itu hanya membuat mereka jadi pesaing yang lebih tangguh di masa depan, di semua pasar," katanya.

Selain itu, pembeli yang lebih muda juga memiliki kesadaran lebih baik soal keunggulan merek mobil China, menurut penelitian tersebut.

Pabrikan kendaraan listrik China, di sisi lain, sudah lima hingga 10 tahun lebih maju dari pesaing Amerika dan Eropa. Sebagian besar berkat investasi agresif di industri EV dari pemerintah China.

"Itulah yang membuatnya menakutkan" bagi produsen mobil, katanya. "Permainannya dimainkan secara berbeda."

Selanjutnya, dia mengatakan dengan segala yang dimiliki Xiaomi SU7 misalnya, dari spesifikasi hingga harganya, maka akan laku dijual di Eropa atau Amerika. 

Diketahui Xiaomi SU7, mobil pertama raksasa teknologi itu ditawarkan di bawah 30.000 dolar AS (Rp487 juta) di China dan mengiklankan sistem operasinya seperti smartphone. 

Sementara dalam urusan baterai, Nio, sebuah startup, mendemonstrasikan bahan kimia baterai EV generasi berikutnya yang dapat mendorong mobil sejauh 650 mil atau lebih dari 1000 km.

Beberapa merek China telah mulai menjual mobil di seluruh Eropa. Tapi belum di AS. 

“Kami di AS memang memiliki beberapa kendaraan buatan China, seperti Polestar 2 dan Volvo EX30 mendatang, tetapi itu bukan dari merek lokal,” tambahnya.

Ada alasan untuk percaya bahwa keunggulan China atas negara lain di dunia akan terus berlanjut. 

“Dan itu datang ke permintaan EV yang sangat panas di negara ini (AS), jika Anda memiliki produk yang menarik dan lebih murah, secara ekonomi sulit untuk menyingkirkan (melarang masuk AS) kendaraan itu," pungkas Kumar.