Wamenkeu Suahasil Nazara: Kondisi Fundamental Ekonomi RI Masih Kuat Tahan Laju Pelemahan Rupiah
JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara memastikan bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih kuat untuk menahan laju pelemahan rupiah yang terjadi selama dua hari pasca-libur panjang Lebaran 2024.
"Fundamental ekonomi kita baik. Namun sebelum dan selama libur Lebaran itu benar-benar terjadi beberapa perubahan di dunia internasional," kata Suahasil saat konferensi pers di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat 19 April.
Selama libur Lebaran di Indonesia, kata Suahasil, inflasi Amerika Serikat (AS) diumumkan dan angkanya lebih tinggi dari ekspektasi pasar dan para analis.
Proyeksi penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Fed pun menjadi semakin mundur atau higher for longer, sehingga mendorong penguatan indeks dolar AS.
Kemudian, pelemahan rupiah juga dibayangi oleh konflik geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel pada Sabtu 13 April.
"Setelah libur Lebaran dibuka di Selasa 16 April, kemudian terjadi beberapa perubahan. Kita melihat bahwa dalam dua hari ini telah mereda, tentu kita berharap tidak terjadi eskalasi konflik di global," kata Suahasil.
Dia menegaskan bahwa pemerintah akan terus mengamati dan mencermati perkembangan situasi global. Suahasil juga menekankan pentingnya menjaga volatilitas nilai tukar rupiah.
Oleh sebab itu, Suahasil memastikan bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus memantau kondisi ekonomi dan melihat titik-titik yang memastikan stabilitas sistem keuangan nasional.
"Kami juga melihat seluruh lembaga perbankan, lembaga keuangan non-bank, asuransi, dan yang lainnya masih tetap berjalan dengan sangat baik dan kami lanjutkan pemantauan atas stabilitas tersebut bersama tentu bersama Kemenko Perekonomian," kata Suahasil.
Baca juga:
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dalam beberapa hari terakhir dan telah menyentuh Rp16.000 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi karena beberapa faktor, termasuk faktor eksternal seperti tensi geopolitik global hingga data-data indikator ekonomi AS yang terlihat masih solid.
Pada awal perdagangan Selasa 16 April atau hari kerja pertama setelah libur panjang Lebaran, kurs rupiah dibuka merosot 240 poin atau 1,51 persen menjadi Rp16.088 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 5 April 2024 sebesar Rp15.848 per dolar AS.
Kemudian pada Kamis sore, kurs rupiah ditutup menguat 41 poin atau 0,25 persen menjadi Rp16.179 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.220 per dolar AS.