Rupiah Sempat Sentuh Rp16.200 per Dolar AS, Menperin Agus: Bisa Pengaruhi Biaya Produksi Manufaktur
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat menembus level Rp16.200 bakal berdampak terhadap kondisi manufaktur di Indonesia.
Menperin Agus, pelemahan rupiah akan berdampak terhadap daya saing industri, utamanya untuk sektor industri yang menggunakan bahan baku dari luar negeri.
"Itu pasti akan mempengaruhi biaya produksi (cost of production). Belum lagi kalau kami bicara mengenai non-biaya produksi, logistik dan lain sebagainya itu juga akan mempengaruhi ketika rupiah melemah," ujar Menperin Agus ditemui usai acara Halalbihalal Kemenperin di kantornya, Selasa, 16 April.
Di samping itu, kata Agus, melemahnya rupiah juga bisa berdampak kepada harga jual produk manufaktur.
"Di sisi lain juga kalau rupiah melemah, kami bisa melihat bahwa harga, kan, pasti akan jauh lebih mahal. Sehingga, akan mempengaruhi daya saing dari produk-produk kami Itu yang menjadi perhatian dari pemerintah," katanya.
Oleh karena itu, Agus menyebut perlu adanya upaya untuk mengamankan harga bahan baku tetap stabil, di antaranya tidak terlalu melibatkan dolar AS dalam transaksi.
Misalnya, jika bertransaksi dengan negara lain, bisa menggunakan mata uang negara tersebut.
"Salah satu opsi yang bisa kami ambil adalah melakukan kerja sama dengan negara yang memang selama ini menjadi pemasok utama dari bahan baku maupun bahan penolong industri, misalnya China. Kami bisa melakukan kerja sama currency, seperti currency yuan dan rupiah. Kalau bicara China, ya," ucap Agus.
Baca juga:
Adapun berdasarkan data Google Finance, nilai tukar rupiah telah menyentuh angka Rp16.192 per dolar AS pada Selasa, 16 April, pukul 15.12 WIB.
Posisi rupiah saat ini merupakan yang terlemah sejak 6 April 2020 atau sekitar empat tahun terakhir sejak adanya pandemi COVID-19.