Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, nilai tambah manufaktur atau manufacturing value added (MVA) mencapai 255 miliar dolar AS pada 2023.

Nilai tambah sektor manufaktur di Tanah Air itu meningkat hingga 36,4 persen secara tahunan. Mengingat, pada tahun sebelumnya MVA Indonesia tercatat sebesar 187 miliar dolar AS.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, peningkatan nilai tambah itu juga membuat peringkat Indonesia sebagai Top Manufacturing Countries naik dari peringkat ke-14 dunia pada 2022 menjadi posisi ke-12 di 2023.

"Untuk itu, industri manufaktur harus terus memperkuat daya saingnya dengan semangat Making Indonesia 4.0," kata Agus di agenda Tech Link Summit, dikutip Jumat, 19 Juli.

Lewat program tersebut, industri dalam negeri harus mampu melakukan lompatan inovasi teknologi dalam rangkaian proses bisnisnya dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah serta mengefisiensikan biaya produksi.

Dalam hal ini, Kemenperin mendorong perusahaan industri untuk berkolaborasi dengan usaha rintisan atau startup dalam negeri guna menerapkan teknologi manufaktur canggih, seperti AI demi peningkatan produktivitas, keberlanjutan dan ketahanan rantai pasok atau supply chain industrinya.

Apalagi, kata Agus, hingga 11 Januari 2024 jumlah startup Indonesia mencapai 2.566 perusahaan atau menempati peringkat 6 terbesar dunia berdasarkan laporan Startup Ranking.

Jumlah usaha rintisan di Tanah Air itu hanya berada di bawah Amerika Serikat (78.073), India (16.302), Inggris (7.079), Kanada (3.876) dan Australia (2.793). Indonesia justru berada di atas Jerman (2.445), Prancis (1.650), Spanyol (1.492) dan Brasil (1.185).

"Turut berkontribusi menghasilkan nilai ekonomi digital Indonesia yang mencapai 82 miliar dolar AS pada 2023 dan diperkirakan akan mencapai 109 miliar dolar AS pada 2025," ujar Agus.

Menurut Agus, potensi tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kerja sama dengan tech startup merupakan strategi quick wins bagi industri, terutama untuk mengakselerasi implementasi inovasi teknologi sesuai tuntutan pasar.

"Kolaborasi yang baik antara tech startup, industri, akademisi dan pemerintah tentunya akan mempercepat adopsi teknologi terbaru di bidang manufaktur yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan," tuturnya.

Hal ini sejalan dengan upaya Kemenperin untuk mempertemukan industri dengan berbagai inovasi teknologi melalui ‘Startup4industry’ sebagai penyedia teknologi yang mengedepankan penerapan industri hijau dan mendukung keberlanjutan industri.