Konflik Israel-Iran Memanas, Anggaran Subsidi Energi Aman?

JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji memperkirakan dalam jangka pendek konflik antara Iran dan Israel akan membuat harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) turut melonjak naik.

Berdasarkan hasil kajian Kementerian ESDM, Tutuka memperkirakan akan ada kenaikan sebesar 5 hingga 10 dolar AS per barel dalam waktu dekat.

Bahkan dalam jangka pendek pasca-adanya serangan Iran ke Israel, harga minyak mentah dunia diperkirakan melonjak menjadi 100 dolar AS per barel.

Sementara itu, dalam asumsi ekonomi makro APBN 2024 pemerintah mematok ICP sebesar 82 dolar AS per barel.

"Tapi kalau menurut saya kenaikan itu spike tapi terus turun lagi, tapi kita tidak boleh lengah. dalam kondisi seperti ini sedikit saja salah dia besar," uajr Tutuka saat ditemui awak media di Gedung Kementerian ESDM, Selasa, 16 April.

Terkait dampaknya terhadap subsidi energi, Tutuka menyebut jika terdapat kenaikan ICP sebesar 5 hingga 10 dolar per barel maka akan diikuti oleh peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Tidak hanya PNBP, kenaikan juga akan diikuti oleh peningkatan subsidi yang lebih besar.

Sebelumnya dalam papparannya pada webinar 'Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI', Tutuka menjelaskan, untuk setiap kenaikan ICP sebesar 1 dolar AS per barel akan berdampak pada kenaikan PNBP sebesar Rp1,8 triliun dan peningkatan subsidi sebesar Rp1,8 triliun sedangkan kompensasi juga akan meningkat hingga Rp5,3 triliun

Kemudian untuk kenaikan kurs, tiap Rp100 per dolar akan berdampak pada peningkatan PNBP sebesar Rp1,8 triliun, kenaikan subsidi energi sekitar Rp1,2 triliun dan kompensasi sebesar Rp3.9 triliun.

Mengenai subsidi kompensasi BBM solar dan elpiji, jika ICP perkirakan naik hingga 100 dolar AS per barel dengan kurs sebesar Rp15.900 per dolar maka subsidi dan kompensasi BBM naik menjadi Rp200 triliun hingga Rp 250 triliun dari asumsi APBN sekitar Rp161 Triliun.

Sementara subsidi LPG akan meningkat menjadi Rp106 triliun dari asumsi APBN sebesar Rp83,2 triliun.

"Subsidi LPG besar, kemudian solar akan besar. Lebih besar kenaikan untuk tambah subsidi daripada penerimaan PNBP. Harus diperhitungkan," sambung Tutuka.

Meski pemerintah memperkirakan kenaikan ICP, Tutuka memastikan pemerintah masih akan menahan harga BBM hingga Juni.

"Sampai saat ini belum (berencana menaikkan harga BBM). Karena menurut saya sebaiknya kita step by step dalam hal kebijakan. Dalam hal preparasi kemungkinan terburuk kita lakukan, tapi dalam kebijakan keputusan jangan cepat-cepat," pungkas Tutuka.