Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pemerintah akan mengalibrasi atau penyesuain anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) akibat memanasnya konflik geopolitik Iran dengan Israel yang berimbas ke harga minyak dunia.

Menurut Airlangga selain tantangan akibat kondisi eksternal, Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan dari dalam negeri seperti mengkalibrasi anggaran subsidi, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan suku bunga.

"Kita juga dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam negeri terutama terkait dengan subsidi (BBM). Kita harus mengalibrasi lagi anggaran yang digunakan dan tentunya kita berharap bahwa di tahun ini kita bisa menjaga pertumbuhan ekonomi,"ujarnya usai acara Halal Bihalal di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa, 16 April.

Airlangga menyampaikan pihaknya akan terus memantau perkembangan kondisi tersebut selama 1-2 bulan ke depan dan berharap harga minyak dunia tetap dapat stabil ke depannya.

"Kita melihat 1-2 bulan situasi seperti apa. Jadi kalau tidak ada eskalasi, kita berharap harga minyak bisa flatten. Tetapi kalau ada eskalasi, tentu berbeda," jelasnya.

Airlangga berharap kondisi geopolitik global yang memanas di Timur Tengah antara Iran dengan Israel segera mereda alias terjadi deskalasi. Meski begitu, pemerintah tetap menyiapkan berbagai kebijakan untuk merespons global shock tersebut.

"Kami berharap terjadi deskalasi, namun sebagai kantor yang bertanggung jawab di bidang perekonomian, kita harus mempersiapkan terhadap berbagai shock," ujarnya.

Airlangga menambahkan kondisi perekonomian Indonesia belum selesai mengalami global shock akibat perang Ukraina-Rusia, Israel-Hamas, ditambah sekarang dengan memanas kondisi di Timur Tengah antara Iran dengan Israel sehingga menyebabkan kondisi dunia cannot afford another war (tidak mampu menanggung perang lagi).

"Kita belum selesai dari global shock perang Ukraina masih ada, Israel-Gaza masih ada. Dunia cannot afford another war (tidak mampu menanggung perang lagi)," ucapnya.

Dalam situasi seperti ini, Airlangga menyampaikan terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu interest rate global, harga minyak yang terus melambung, harga logistik yang kian tinggi, dan juga tingkat suku bunga SBN.

"Kita melihat Amerika, pertumbuhan ekonomi baik, kemudian inflasi relatif sudah lebih baik walaupun tidak serendah yang diprediksi, sehingga banyak termasuk World Bank memperkirakan dolas AS bakal higher for longer, akan terus tinggi," ujarnya.

Airlangga menyampaikan bahwa saat ini pemerintah terus melakukan reformasi struktural untuk menjaga perekonomian salah satunya dengan menjaga capital inflow, sehingga arus modal asing dapat tetap dipertahankan dengan menjaga makroprodensial, perekonomian di tahun ini.

"Saya yakin hal-hal ini menjadi PR kita bersama dalam 1-2 bulan ke depan, karena ini menjadi kunci di tahun akhir dari pemerintahan presidensi Bapak Joko Widodo dan Pak Ma'ruf Amin. Sehingga pertumbuhan harus tetap kita jaga dan delivery dari PSN bisa juga dicapai di akhir tahun ini. Dengan demikian kita harus bekerja lebih keras karena dunia juga tidak baik-baik saja," ucapnya.