Gaduh Jersei Anyar Timnas Indonesia, Bagaimana Sebaiknya Hadapi Kritik di Media Sosial?
JAKARTA – Nama Ernanda Putra mendadak viral belakangan ini. Desainer sekaligus founder Makna Group ini sedang menjadi perbincangan di berbagai media sosial.
Viralnya Ernanda Putra tak lepas dari peluncuran jersei terbaru Tim Nasional Indonesia beberapa waktu lalu. Pada Senin (18/3/2024), Timnas Indonesia resmi meluncurkan jersei anyar menggunakan merek lokal Erspo di Bengkel Space, SCBD. Jersei anyar ini bahkan sudah dipakai Pratama Arhan dkk pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Kamis (21/3/2024), ketika Tim Garuda menang 1-0 atas Vietnam.
Tapi sayang jersei ini menuai banyak kritik, salah satunya pelatih Shin Tae-yong yang mengeluhkan daya serap keringat. Hal ini diungkapkan Kepala Badan Timnas Indonesia Sumardji.
“Jadi, coach Shin Tae-yong protes, artinya ada sedikit tidak nyaman berkaitan dengan jersei latihan,” kata Sumardji, mengutip Kompas.
“Maka dari pihak Erspo sudah langsung merespons, besok akan mengganti dengan sesuai apa yang diinginkan,” lanjutnya.
Selain Shin Tae-yong, jersei keluaran Erspo juga mendapat komentar negatif dari warganet dan mantan pelatih futsal Justinus Laksana. Di sinilah sosok Ernanda makin menjadi sorotan.
Ia dianggap tidak legawa menerima kritik warganet soal jersei yang ia desain. Alih-alih menerimanya sebagai masukan, pria lulusan Universitas Pelita Harapan ini justru terkesan ‘menantang’ warganet dan Justin.
Hanya Bikin Geger
Perang komentar antara Ernanda dan warganet serta Justin menarik perhatian publik. Menurut warganet, Ernanda terlalu tinggi hati untuk menerima kritik. Tak hanya itu, ia juga sempat dinilai menyerang pribadi Justin di akun X-nya.
“Justin yang gue tau cuman Justin Hubner, Timberlake, dan Bieber. Siapa lah dia tiba-tiba jadi ngomonin desain. Udah Oom lo urus aja hidupmu sendiri,” tulis Ernanda Putra menanggapi kritik Justin terhadap jersei timnas.
Kritik pada dasarnya adalah hal lumrah yang dilakukan manusia. Apa pun profesinya, apa pun pilihan seseorang, pasti tidak lepas dari kritik. Hal ini agaknya dilupakan Ernanda Putra.
Psikolog Tika Bisono mengatakan dalam praktik menghadapi kritik, seseorang harus biasa menghadapi komunikasi publik karena komunikasi publik berbeda dengan komunikasi individu. Selanjutnya Tika menuturkan, ada tiga cara yang biasa dilakukan seseorang untuk menghadapi kritik, yaitu asertif, non-asertif, dan agresif.
“Ketika menghadapi kritik dengan agresif, outputnya tidak akan positif, tujuannya hanya untuk bikin geger. Tapi apakah hasilnya akan produktif? Pasti engga,” kata Tika kepada VOI terkait respons Ernanda dalam menerima kritik.
Padahal menurut Tika, yang sebaiknya dilakukan orang yang tengah dihadapkan kritik bertubi-tubi adalah ‘menghilang’ sementara waktu sehingga persepsi buruk terhadap dia juga menghilang. Dalam kesempatan yang sama, Tika menuturkan bagaimana maaf masih menjadi kata sulit diucapkan sebagian masyarakat di tengah kisruh yang terjadi.
“Di kita ini minta maaf lebih dulu masih sering dianggap sebagai pihak yang kalah, pihak yang rendah diri,” sambungnya.
Warganet Bersikap Group Think
Menghadapi kritik di media sosial memang tidaklah mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan dengan lebih bijaksana.
Menurut sejumlah referensi, yang harus dilakukan pertama adalah seseorang tidak perlu merasa terancam ketika mendapat kritik karena sejatinya kritik bukanlah serangan. Kritik sebaiknya dilihat sebagai feedback berharga yang dapat membantu seseorang tumbuh dan berkembang lebih baik.
Selain itu, menghadapi kritik dengan tenang dan professional juga perlu dilakukan. Merespons kritik secara emosional atau defensif justru dinilai hanya dapat memperburuk situasi. Terakhir, kritik seharusnya dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas.
Sementara itu, Tika Bisono menyayangkan sikap PSSI yang dinilai lepas tangan dalam kegaduhan ini.
Baca juga:
“Ini kan seharusnya menjadi PR PSSI juga, kenapa hanya desainer-nya yang diserang?” cetus Tika.
Dalam hal ini, dituturkan Tika terjadi lantaran masyarakat cenderung bersikap group think alias pemikiran kelompok. Dalam “Groupthink: Definition, Signs, Examples, And How to Avoid It” Derek Schaedig menganalisis mengenai pemikiran kelompok atau group think. Dalam psikologi, istilah ini berkonotasi negatif.
“Pemikiran kelompok menghasilkan keputusan tak bijak dan keliru. Hal itu antara lain karena kelompok gagal mempertimbangkan perspektif alternatif, karena termotivasi mencapai konsensus tertentu,” kata Schaedig.