Realisasi Bantuan Pangan Beras Capai 95 Persen, Bapanas Pede Bisa Tekan Inflasi
JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat realisasi bantuan pangan beras per 29 Maret telah mencapai 95,41 persen dengan total volume bantuan sebesar 629.000 ton. Penyaluran bantuan ini diyakini dapat menekan laju inflasi.
Sekafar informasi, bantuan pangan beras digelontorkan pemerintah melalui penugasan NFA kepada Perum Bulog. Beras yang digunakan untuk program bantuan ini bersumber dari stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di mana penyalurannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 Tentang Ketahanan Pangan dan Gizi yang dapat disalurkan, salah satunya untuk bantuan pangan ke masyarakat.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan realisasi tahap pertama untuk tahun 2024 ini diharapkan dapat mampu menekan laju inflasi, sekaligus membantu masyarakat berpendapatan rendah memperoleh bahan pangan pokok.
“Alhamdulillah, realisasi banpang beras untuk tahap pertama tahun ini sudah hampir rampung dengan capaian 95 persen. Ini tidak terlepas dari peran strategis Perum Bulog beserta transporter yang terlibat dalam proses pendistribusian banpang ini,” ujarnya dalam keterangan yang diterima VOI, di Jakarta, Minggu, 31 Maret.
Lebih lanjut, Arief mengatakan bantuan pangan beras ini akan terus digenjot agar menjelang Lebaran 2024 dapat segera dirampungkan karena bantuan ini sangat dibutuhkan masyarakat.
“Realisasi tahap pertama mencakup periode Januari hingga Maret 2024,” ujarnya.
Arief juga menegaskan stok beras Bulog mencukupi. Saat ini stok beras yang ada di Bulog di atas 1,1 juta ton dan pada saat yang sama seiring panen raya, Bulog akan terus melakukan upaya peningkatan serapan gabah atau beras.
Di sisi lain, Arief Prasetyo mengungkapkan, selain bantuan pangan beras, Bapanas terus berkoordinasi dengan kementerian lembaga serta pemerintah daerah agar berbagai aksi strategis pengendalian inflasi terus berjalan. Utamanya selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Maret dan April ini.
“Secara rutin setiap minggu kami menghadiri rakor pengendalian inflasi yang digelar Kemendagri dan diikuti oleh seluruh provinsi dan kabupaten/kota,” tuturnya.
“Ini sinergitas yang kuat dengan mendorong pemda untuk melaksanakan berbagai langkah aksi stabilisasi pangan antara lain menguatkan kerja sama antardaerah melalui Gerakan pangan murah dan fasilitasi distribusi pangan,” sambungnya.
Baca juga:
Sejumlah aksi strategis juga telah diterapkan pemerintah dalam upaya mengendalikan kondisi pangan strategis selama Ramadan dan Idulfitri. Penggelontoran beras program SPHP ke seluruh Indonesia telah dikerjakan Perum Bulog dan sampai 25 Maret telah menyentuh angka 517.000 ton. Sementara pemenuhan beras SPHP ke retail modern dan pasar tradisional per 24 Maret telah menembus angka 20.000 ton.
Aksi strategis selanjutnya adalah Gerakan Pangan Murah (GPM). Semenjak Januari sampai minggu ketiga Maret, realisasi GPM ada sampai 2.720 kali. Pada 1 April mendatang, NFA akan menggelar GPM serentak di seluruh daerah dengan target sementara 597 kali sampai April ini.
Optimalisasi kerja sama antardaerah melalui optimalisasi tol laut, kargo pesawat, dan moda angkutan lainnya guna mobilisasi stok pangan ke daerah yang defisit juga disokong NFA melalui program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP). Target FDP di tahun ini minimal sejumlah 1.250 ton.
Ada pula bantuan pangan penanganan stunting yang telah mulai dijalankan oleh ID FOOD. Realisasi penyaluran banpang penanganan stunting per 21 Maret telah diberikan kepada 1.242 Keluarga Risiko Stunting (KRS) dalam bentuk paket daging ayam beku seberat 0,9 sampai 1 kg dan 10 butir telur ayam.