China Mau Tutup Proyek Tambang Bitcoin di Mongolia
JAKARTA - Proyek penambangan bitcoin akan dihentikan sementara oleh pemerintah China. Rencana penutupan ini dalam rangka mengurangi konsumsi listrik yang besar.
Sebagaimana diketahui aktivitas penambangan bitcoin sangat menguras energi listrik dalam jumlah yang besar. Selain itu, penambang juga harus memecahkan algoritma yang rumit dengan menggunakan komputer berspesifikasi tinggi.
Lokasi penambangan bitcoin yang akan ditutup berada di kawasan Mongolia Dalam, China. Di mana sejauh ini proyek penambangan mata uang kripto beroperasi cukup besar di sana.
Berdasarkan hasil riset ahli dari Universitas Cambridge, aktivitas penambangan bitcoin mengkonsumsi energi sekitar 128,88 terrawat-jam per tahunnya. Konsumsi listrik ini lebih besar dari listrik yang digunakan di negara Argentina dan Ukraina.
China sendiri telah menyumbang sekitar 65 persen aktivitas mining atau penambangan mata uang kripto tersebut. Mongolia Dalam telah menyumbang 8 persen. Untuk perbandingan, Amerika Serikat (AS) hanya menyumbang sekitar 7,2 persen penambangan bitcoin.
Wilayah Mongolia Dalam berlokasi di China utara ini untuk sementara waktu melarang aktivitas penambangan bitcoin karena tidak bisa memenuhi jumlah yang telah ditargetkan oleh pemerintah China terkait penggunaan energi. Pasalnya di tahun sebelumnya, Beijing sempat menegur kawasan otonom tersebut atas penggunaan energi listrik dalam jumlah besar.
Baca juga:
Hal ini langsung direspon oleh komisi pembangunan dan reformasi di kawasan tesebut yang memutuskan untuk mengurangi konsumsi listrik. Rencana tersebut meliputi penutupan proyek mining mata uang kripto yang akan dilakukan pada April 2021. Mereka juga tidak memperbolehkan proyek penambangan bitcoin yang baru.
Di sisi lain, pemerintahan Xi Jinping telah memutuskan untuk menindak tegas pelaku bisnis mata uang kripto. China juga dikabarkan sedang menguji coba penggunaan mata uang Yuan digital untuk membendung laju bitcoin.
Di bawah pemerintahan Xi Jinping, China mendorong aktivitas yang ramah lingkungan dalam rangka mengurangi emisi karbon di negara tersebut. Negeri Tirai Bambu itu menargetkan pada 2060 bersih dari emisi karbon.